“Namaku Riana Dewi. Teman – temanku memanggilku RIri. Kata beberapa cowok yang sering menggodaku aku cantik dan cekatan, namun suaraku sangat lembut bagi telinga mereka. Sebagai perempuan yang beranjak dewasa aku menikmati masa – masa SMA. Teman- temanku banyak yang lucu, tetapi ada juga yang ngeselin. Sejak SMP aku sudah aktif dalam kegiatan di sekolah dan organisasi sekolah. Tidak heran ketika SMA aku langsung bisa menyesuaikan diri dengan suasana SMA. Di SMA kemampuan berorganisasi lebih terasah. Pola pemikiran tidak lagi seperti SMP yang masih sering mendapat bimbingan dari guru. Kita bisa mengembangkan gagasan, membuat kegiatan kreatif, sehingga sering terselenggara acara pentas band mengundang artis terkenal dari pencarian dana lewat proposal.
Aku kemudian pengin aktif di kegiatan pramuka, vokal grup dan modern dance. Pokoknya segala kegiatan yang positif penginnya aku ikuti. Sebetulnya aku juga ditawari untuk ikut kelompok ilmiah remaja, tetapi aku belum mengiyakan karena aku masih lebih suka kegiatan yang membuat aku merdeka. Terus terang aku memang senang dengan pelajaran. Nilaiku selalu tinggi untuk untuk mata pelajaran eksak dan bahasa, akupun luwes dalam bergaul dan bisa membawakan diri dengan guru. Makanya guru – guru senang ngobrol denganku.
“Riri, kau sudah cantik pintar pula, ditambah lagi pintar ngedance, sempurna banget sih sebagai manusia.”
“Beda bumi langit sih dengan itu si begajulan Dito, Dia lebih sering berulah. Mungkin gara – garanya Papanya minggat sejak dia umur 12 tahun ya, kasihan Mamanya galak banget.”
Dito satu kelas denganku. Ia duduk di belakangku persis. Rasanya aneh melihat Dito, ketika berpapasan dengan siswa cewek ia seperti tertunduk dan tidak mau menatap, mukanya bersemu merah ketika digoda teman- teman. Tetapi kenapa ia bisa begajulan begitu di luar kelas, sering bolos pula. Sebetulnya ia tidak jelek, malah boleh dibilang tampan, tetapi ia selalu tidak mampu membalas tatapanku saat ku tanya.
“Kamu ada apa sih Dit, kok melengos terus ketika kuajak bicara.”
Dito hanya tertunduk dan tidak berani menatapku.
“Aneh orang ini, Sebetulnya ada apa sih, pasti ada sesuatu yang membuat ia begitu malu bila bertatapan langsung dengan cewek.”
“Dito. Dito, kelakuanmu tidak sebanding bila berhadapan dengan cewek. Kamu jadi cupu banget sih, coba kalau berani sedikit pasti banyak cewek yang mau denganmu.Kalau aku sih amit amit, bukan tipeku.”
Tapi semakin mencoba menghilangkan wajah cupu Dito aku kenapa jadi kepikiran terus sih. Aduh aku tidak boleh sering – sering ketemu dia. Tetapi rasa penasaran seringkali membuat aku malah pernah mimpi ketemu Dito. Aduh jangan sampai aku jatuh cinta dengannya. Aku pintar, cantik dan pandai bergaul masak mau sama cowok begajulan yang cupu saat hadap hadapan dengan cewek.