Masa Lalu

Diano Eko
Chapter #1

BAB 1: JANGAN TELAT!

Dania menatap wajahnya dengan muak. Pancaran dari cermin yang dipenuhi bercak tipis itu hanya mengingatkannya pada kegagalan. Semua ini jauh dari yang dia impikan. Menjadi lulusan terbaik, diterima di perusahaan nomor satu, hanya untuk menjadi asisten pribadi seorang perempuan ambisius yang tak akan melewatkan satu kesempatan pun untuk membuatnya merasa kerdil…

“FUCK! FUCK! FUCK!” dia menghantam cermin itu sekuat tenaga. Tampak darah menetes cukup deras dari tangan kanan Dania, mengotori cermin di depannya. Membuat bayangan memuakkan itu setidaknya terlihat kabur untuk sesaat.


 … Dua hari sebelumnya…


Jakarta tampak seperti biasa siang itu dari ketinggian salah satu pencakar langitnya. Kabut polusi yang menyelimuti setiap senti sudut metropolis ini tidak sanggup menahan teriknya mentari di puncak musim panas. Suhu mencapai 38 derajat, berasa 42, kata Google. 

Di sebuah salon high-end, Melia, pertengahan 20 tahun, cantik, glamor, dengan wajah natural dipoles nude make-up, sedang di-final touch. Seperti biasa, dia tidak perlu banyak mengarahkan make up artist langganannya itu, yang selalu berhasil membuat dia terlihat simple tapi stunning.

Sementara itu, di sebuah salon lain, sekitar 5 kilo dari Melia, tampak dua orang, cewek dan cowok, tak kalah stunning, baru juga selesai di-touch up. Dania, akhir 20 tahun, dengan muka Jawa cantik, fit, dan enerjik, dan Stefan, juga akhir 20, yang tampak dandy. Keduanya sesekali melirik jam di peegelangan tangan mereka, tak ingin terlambat menghadiri pesta ulang tahun Melia, yang kemungkinan besar tak lama lagi akan menjadi boss mereka. Kalau ke acara fun saja mereka telat, bayangkan prasangka perempuan itu akan etos kerja mereka berdua.

Saat bersamaan, di salah satu lantai mall besar di Jakarta Selatan, seorang cowok akhir 20 tahun lainnya, Adam, sedang menyelesaikan exercise. Beruntungnya Adam, gym itu masih belum terlalu ramai, dia tidak perlu mengantri lama untuk memakai alat. Apalagi hari itu adalah chest day, yang biasanya sebuah mimpi buruk di jam-jam puncak, karena untuk kebanyakan orang setiap hari adalah chest day. Pria itu buru-buru ke ruang ganti, mandi secepat mungkin, berganti pakaian, lalu dengan setengah berlari menuju lift yang akan membawanya ke parkiran B2.

Tak jauh dari lokasi Adam, seorang perempuan, Maury, awal 30, yang juga tampak glamor, sedang menyempurnakan dandanan di sebuah kamar apartemen yang tampak asri dan menyenangkan. Hari ini dia WFH. Maury menutup laptop dengan kasar, menyambar tas, dan bergegas ke luar. Dia memencet lift berkali-kali, sambil sesekali menghela napas panjang, melihat angka jam di hape. 

Di apartemen lain, yang jauh lebih mewah dibanding apartemen Maury, terlihat mini closet yang dipenuhi deretan high heels mahal. Seorang perempuan cantik, Ritzy, pertengahan 20, dengan hati-hati memilih sepatu yang paling cocok dengan busana yang sudah menempel cantik di badannya. Berjalan melewati tempat tidur, mendekati seorang pria, lumayan berumur, sekilas lebih pantas jadi ayahnya. Pria yang terlihat shirtless dan buncit berbulu itu sedang bersandar santai ke kepala ranjang. Dia mengedipkan mata nakal ke arah perempuan itu. Ritzy membalas dengan senyum merekah, mendekat dan memberi ciuman kilat, sebelum buru-buru keluar kamar. Tampak jam di meja sudah menunjukkan pukul 17 lewat. Acara Melia akan dimulai jam 18.

Lihat selengkapnya