Luas wilayah Tatara tidak terlalu besar tapi cukup luas untuk menjadi kecamatan. Butuh waktu kurang lebih 1-2 jam dengan sepeda motor untuk mengelilingi Tatara. Pada masa kecilku, kami mengenal dua bagian Tatara: Tatara Muka (utara) atau tempat pelabuhan dan dermaga besar berada serta kehidupan masyarakat berlangsung; dan Tatara Belakang (selatan), letak perkebunan warga.
Jika datang dari selatan maka orang akan mengira bahwa Tatara adalah pulau mati karena tampak dari jauh seolah tak ada tanda kehidupan sama sekali kecuali pohonan kelapa, pasir putih, bebatuan, serta biru laut yang menyedapkan mata. Sebaliknya, jika dilihat dari utara maka Tatara tampak sebagai pelabuhan yang sibuk; di pelabuhan berjejer kapal-kapal besi berukuran jumbo sampai kapal milik nelayan yang tampak semungil semut jika disejajarkan dengan kapal-kapal barang. Dari jarak yang sangat jauh pun pasti tampak ratusan kontainer besi yang ditumpuk di sekitar pelabuhan. Saat matahari sedang bersemangat, berkilo-kilo meter dari tengah laut atau dari pulau-pulau dekat Tatara terlihat warna kontainer-kontainer itu akan menciptakan titik-titik merah atau biru yang kerlap-kerlip. Di antara ratusan kontainer itu, ada beberapa yang tak terpakai sehingga dibiarkan begitu saja di sekitar pelabuhan tanpa daya guna lagi, dan di kontainer tak terpakai itulah tempat ibu dan para sejawatnya menjual diri.
Sejak bisa berjalan sampai umurku 8 tahun, malam-malamku habis di sekitar kontainer bekas itu karena menunggu ibu selesai melayani tamu. Dulu, ibu selalu membawaku saat dia bekerja, awalnya kupikir ibu tak ingin aku kesepian di rumah atau mengkhawatirkan nasibku sendirian di rumah, tapi kemudian baru aku tahu alasan ibu membawaku adalah agar aku menjaga kontainernya selama dia pergi mencari pria hidung belang.
Saat itu, kontainer-kontainer bekas yang ada di sekitar pelabuhan dianggap menjadi milik bersama oleh para sundal sehingga sering terjadi perebutan kontainer antarsundal, khususnya antara ‘sundal gaek’ dan ‘sundal tembak’. Sedikit penerangan: Sundal Gaek adalah sundal senior atau mereka yang sudah lama mencari nafkah dengan menjual diri setiap hari, ibu termasuk sundal gaek karena usianya, dan dia bekerja setiap hari. Sementara itu, Sundal Tembak atau Sundal Paruh Waktu adalah mereka yang baru saja menjadi sundal dan tak bekerja setiap hari, mereka bekerja hanya ketika butuh uang. Biasanya Sundal Tembak lebih muda dan laku. Alasan mereka menjual diri adalah kemacetan pendapatan suaminya atau baru saja jadi janda dan butuh uang. Kebanyakan Sundal Tembak yang kukenal pada saat itu adalah para perempuan muda yang terpaksa menikah karena hamil saat masih sekolah, dan setelah beberapa bulan berumah tangga, suaminya main tangan, dan mereka pun berpisah. Aku tak ingin mendramatisasi kisah gadis-gadis tolol itu, tapi itu adalah penyakit generasi demi generasi di Tatara dan sekitarnya. Ibuku pun demikian, beliau dulunya Sundal Tembak. Semua kisah perempuan sundal di Tatara hampir sama: Hamil luar nikah, kawin muda, dipukul suami, cerai, jadi sundal. Namun, satu yang kukagumi dari ibu, dia tak pernah menyalahkan siapa pun. Ibu pernah bilang kepadaku, “Kau yang kabur dari jendela setiap malam untuk bertemu laki, kau yang ngentot, kau yang rasa nikmatnya, terus saat hidupmu berantakan, kau salahkan orang? Kau salahkan Tuhan? Yatno, ibu menyesal harus hidup seperti ini, tapi ibu tak pernah salahkan siapa pun. Ibu begini karena ibu tolol saat muda. Pesan ibu cuma satu, ‘Jangan pernah salahkan orang lain karena ketololanmu. Hati-hati dengan masa muda!’” Sayangnya, pesan ibu itu tak pernah kulakukan.
Sistem kepemilikan kontainer bersifat harian dan ‘siapa cepat dia dapat’. Jika seorang sundal datang terlambat maka dia akan mendapatkan kontainer yang kotor, bersarang nyamuk, penuh kecoak, tanpa kasur, dan tanpa lampu. Untuk itu, aku dan ibu biasanya berangkat ke pelabuhan jam 8 malam, tiba di sana kami langsung ‘menduduki’ satu kontainer yang akan ibu pakai sepanjang malam. Setelah itu, ibu akan pergi mencari tamu dan meninggalkanku di kontainer agar tak ada sundal yang merebut kontainernya.