Jika ada suatu hal yang sulit untuk dimengerti selain wanita, maka sudah pasti adalah fisika. Selain dituntut untuk memahami rumus, fisika mengajak umat manusia untuk berfikir sesuatu yang sebenarnya tidak penting. Seperti menghitung besarnya gravitasi benda yang terjatuh pada titik tertentu. Normalnya, ketika ada benda jatuh dari atas, maka hal yang seharusnya dilakukan adalah menghindar. Bukan menghitung berapa gaya gravitasinya.
Dulu Abimanyu sama sekali tidak menyukai fisika. Ia sendiri sebenarnya tidak pernah bercita-cita menjadi guru fisika. Hanya saja fakultas ekonomi menolaknya dan akhirnya ia terdampar di fakultas keguruan. Itulah sebabnya awal masuk kuliah ia sering mengumpat Newton yang membuatnya repot. Gara-gara Newton memikirkan alasan kenapa apel bisa terjatuh, ia harus menjawab berbagai tugas sulit yang diberikan oleh dosennya. Tidak bisakah Newton langsung memakan saja apel yang jatuh di kepalanya itu, pikirnya.
Bagi Abimanyu fisika itu sulit dan menyebalkan. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan seorang dosen fisika yang sangat pintar. Ia mampu membuat kuliah fisika yang membosankan menjadi menarik. Sehingga lambat laun ia mulai jatuh cinta dengan dunia fisika. Sejak saat itu lah ia bersumpah akan menjadi guru fisika yang menyenangkan untuk membuat para murid menyukai pelajaran fisika.
Namun, semakin terbang tinggi maka semakin sakit ketika terjatuh. Ketika ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan, Abimanyu terpaksa menelahan pahit pil kekecewaanya. Ia mulai menyadari bahwa pemikirannya sangat naif. Bagiamana mungkin bisa semudah itu membuat para murid senang belajar fisika.
‘’Dimana yang lainya?’’
‘’ Di kantin, Pak.’’
Salah seorang murid perempuan menjawabnya. Sedangkan yang lainnya hanya memandang malas dan menjatuhkan kembali wajahnya di atas meja.
‘’Mau di panggil, Pak?’’ tambahnya.
Abimanyu terdiam sebentar. Menurutnya percuma saja memanggil anak-anak yang bolos dan memang sudah tidak ada niat untuk belajar. Meskipun nanti mereka mau kembali ke kelas dengan berbagai ancaman hukuman, mereka tetap tidak akan belajar dengan serius. Seperti cangkang kosong, hanya raganya saja yang dikelas, jiwanya mungkin pergi ke planet Mars.
‘’Ehmm, nggak usah. ‘’ tegas Abimanyu. Ia kemudian berfikir sejenak. Ia harus melakukan sesuatu. ‘’Saya lapar, bagaiamana kalau kita ke kantin. Saya akan mentraktir kalian soto. Dengar-dengar soto di sekolah ini enak, ya.’'
‘’Serius, Pak?’’ ucap salah seorang murid yang sejak tadi hanya tertidur di atas meja. Ia langsung terbangun mendengar ajakan menggiuran dari Abimanyu.
‘’Serius.’’ucap Abimanyu mantab. Ia membawa uang 50 ribu di sakunya. Jadi jika hanya mentraktir mereka pastilah cukup pikir Abimanyu.
Keempat murid itu pun bergegas mengekor di belakang Abimanyu. Para murid yang berada di kantin terkejut melihat guru mereka datang menghampiri. Beberapa dari mereka ada yang berlari tunggang langgang. Mereka berpikir bahwa guru tersebut menjemputnya dan akan memarahi mereka. Namun dugaan mereka salah. Abimanyu dan keempat murid lainnya justru duduk dan memesan soto dengan santainya.
‘’Apa kalian tahu, kenapa mangkuk ini terasa panas?’’ tanya Abimanyu mencoba memancing murid didiknya untuk memulai pembelajaran.
‘’ Karena kuah sotonya panas, Pak.’’ ucap salah seorang murid menceletuk.
‘’Ya elah, kalau itu anak sd juga tahu. Karena konduksi, Pak.’’ jawab salah seorang murid lainnya.
‘’Kamu benar, silahkan ambil tempe goreng.’’
‘’ Yaahhhh….’’ teriak kompak ke tiga murid lainnya. Mereka menyesal karena tidak menjawab pertanyaan dengan benar.
Melihat keseruan di meja Abimanyu dan keempat murid tersebut, para murid yang membolos pelajaran pun tidak bisa mengalihkan pandangan dari mereka. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang mulai ikut bergabung.
Mengetahui bahwa usahanya hampir berhasil. Abimanyu pun memulai kelasnya. Ia mengambil sebuah kelereng dari sakunya dan meletakkan di dalam sebuah mangkuk.
‘’Apa yang akan terjadi jika kelereng ini diberi gaya?’’ tanya Abimanyu.
Semua murid terdiam. Tampaknya mereka belum mengerti maksud perkataan Abimanyu. Akhirnya ia pun meminta salah seorang murid untuk menggerakkan mangkuk secara perlahan. Kelerengnya pun kembali ke tempat semula.
‘’Kelerengnya kembali lagi, Pak?’’ jawab salah seorang murid.
‘’Benar, ini namanya keseimbangan stabil. Hari ini kalian akan mempelajari kesetimbangan benda tegar.’’
Para murid pun mengangguk tanda paham. Abimanyu pun kemudian mulai menjelaskan materi pembelajaran dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Ia berusaha membangun minat belajar siswa.
Usahanya telah berhasil. Murid yang semula membolos pelajaran kini datang mendekatinya tanpa harus ia pinta. Mereka datang karena melihat keseruan yang terjadi antara kelima orang tersebut.Bahkan saat pelajaran berakhir beberapa murid ada yang mengeluh tidak ingin ke pelajaran berikutnya.
Sesampainya Abimanyu di ruang guru, Dewa langsung menghampirinya.
‘’Gimana, Pak? Lancar ngajarnya?’’ Dewa bertanya dengan senyum mengejek. Ia berfikir bahwa Abimanyu akan kewalahan menghadapi para siswa kelas XI IPA 3.