Setelah berkali-kali gagal melihat cara Abimanyu mengajar, tentu supervisi ini adalah momen yang sudah ditunggu-tunggu oleh Dewa. Ia pun bangun pagi dan berangkat lebih awal dari biasanya.Setibanya Dewa di kantor, ruang guru masih terlihat sepi.
''Ah, payah guru-guru sekolah ini.Udah jam segini tapi kantor masih sepi.'' dengan congkaknya Dewa berucap.
Jam menunjukkan pukul 06.00 wib artinya masih tujuh puluh lima menit lagi sampai bel berbunyi. Karena bingung apa yang harus dilakukan akhirnya Dewa memutuskan untuk membongkar kembali dokumen supervisi yang sudah tersusun rapi di meja. Kemudian ia susun kembali dokumen tersebut. Nahas, hanya lima belas menit waktu yang digunakan untuk merapikan semua dokumen tersebut. Kesunyian kembali melandanya.Kali ini ia hanya bisa pasrah duduk dengan menghentakkan kakinya ke bumi berkali-kali. Menunggu sampai bel berbunyi.
Setelah menunggu hampir satu jam lebih, Dewa yang sudah tidak sabar akhirnya mendatangi Abimanyu.
‘’Ehemm…..’’ Sambil menunjuk jam di pergelangan tangannya Dewa berdeham.
‘’Loh, Pak. Belum bel, masih tujuh menit lagi.’’ ucap Abimanyu sambil melihat jam tangannya.Memastikan bahwa ucapannya benar.
‘’Udah, nanti juga jalan dari sini ke kelas tujuh menit.’’
‘’Hah? Semangat amat, Pak.’’
‘’Biasa aja. Saya cuma ingin pekerjaan merepotkan ini cepat selesai. Saya banyak kerjaan. ’’ ucap Dewa berusaha sebisa mungkin menyangkal Abimanyu.
Sambil menggerutu Abimanyu pun bersiap-siap mengambil perangkat pembelajarannya. Kalau bukan perintah kepala sekolah saja, tentu ia akan menolak habis-habisan supervisi ini.
‘’Apa itu?’’ tanya Dewa yang keheranan melihat Abimanyu mengeluarkan beberapa balon gas berwarna-warni dari bawah mejanya.
‘’Bapak nggak pernah lihat balon?’’
‘’Maksudnya buat apa?’’
‘’Buat belajar lah,Pak. Masa buat saya jual di kelas.’’
‘’Sontoloyo…!! Kalau ditanya sama orang tua tuh jawabnya yang sopan.’’
Melihat Dewa yang mulai meradang, beberapa guru mulai melirik ke arah mereka.
‘’Jangan marah lah,Pak. Bercanda.’’ Buru-buru Abimanyu merayu Dewa sebelum mereka menjadi pusat perhatian. Bisa bahaya kalau pak tua ini mengamuk pikirnya. Mereka pun akhirnya pergi bersama menuju kelas X IPA 1.
Tepat ketika mereka berada di pintu kelas, bel pun berbunyi. Murid-murid tampak bingung karena terdapat dua guru yang masuk sekaligus. Ditambah salah satu dari kedua guru tersebut terkenal sebagai guru killer di kalangan kakak tingkat.
Melihat tatapan bingung para murid, Abimanyu pun menjelaskan maksud kedatangan Dewa yaitu untuk menilai proses pembelajaran.Murid-murid pun semakin tegang mendengar kata penilaian. Meskipun Abimanyu mengatakan untuk bersikap biasa jasa, mereka tetap tidak mendengarkan.
Sambil menunggu Abimanyu memberi penjelasan kepada para murid, Dewa yang duduk di belakang kelas melihat dengan saksama rancangan pembelajaran milik Abimanyu. Pada bagian awal pembelajaran tertulis mengajak murid untuk berpikir kristis.
Pembukaan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Karena pada bagian ini lah penentu apakah guru tersebut berhasil mendapatkan perhatian dari para siswa atau tidak. Jika sejak awal guru tersebut gagal menarik perhatian siswa, maka bisa dipastikan ketertarikan belajar siswa menghilang.
Mengajak murid untuk berpikir kritis pada awal pelajaran, sepertinya itu hal yang menarik. Tetapi sulit untuk dilakukan. Dewa pun semakin dibuat tidak sabar, bagaimana cara mengajar Abimanyu.
‘’Kalian pernah mengalami atau melihat suatu peristiwa dan itu membuat kalian terus bertanya-tanya?’’ ucap Abimanyu memulai pelajaran.
‘’Ini apa aja, Pak. Bebas.?’’ tanya seorang murid laki-laki yang duduk paling belakang.
‘’ Iya, apa pun boleh.’’ Abimanyu tersenyum menjawab pertanyaannya.
‘’Saya pernah lihat cowok jelek boncengan mesra sama cewek cantik banget,Pak. ’’ ucap murid laki-laki tersebut.
‘’Terus apa yang membuat kamu bertanya-tanya, menurut bapak biasa aja.’’
‘’Bukan gitu, Pak. Saya yang mukanya mirip Dilan aja nggak pernah bonceng cewek cantik.’’