Abimanyu yang selesai bermusyawarah dengan Ibunya Putra, datang menghampiri Dadang yang sedang asik menonton pentas seni di barisan penonton paling belakang.
''Gimana musyawarahnya? Lancar.'' tanya Dadang yang penasaran
''Lancar nggak lancar, Pak. Ibunya Putra minta tanggung jawab, diobatin sampai sembuh''
''Oh....'' jawab Dadang datar .Kemudian ia kembali melemparkan pandangannya ke panggung tempat para murid sedang melakoni sebuah pertunjukkan teater.
''Kenapa ya, Pak. Ibunya Putra nggak dateng dan ngomong baik-baik aja.Kenapa harus marah-marah?''
Dadang menoleh dan langsung tertawa terpingkal-pikal mendengar pertanyaan dari Abimanyu.
''Itu, udah biasa. Dulu malah pernah ada wali murid yang bawa parang ke sekolah nggak terima anaknya dihukum.''
''Memangnya dihukum apa, Pak?''
''Bersihin wc satu sekolah selama satu minggu. Kebetulan, selama anak tersebut mendapat hukuman ada saja kamar mandi yang sengaja berisi kotoran. Sepertinya sih ulah teman-temannya yang nggak suka sama dia. ''
Abimanyu terbahak-bahak mendengar jawaban Dadang. SMA Pelita Bangsa memiliki dua lantai dan di setiap lantai terdapat dua kamar mandi. Itu berarti setiap hari harus membersihkan empat kamar mandi ditambah bonus kotoran manusia.
''Kamu tahu siapa yang kasih hukuman?''
Abimanyu yang tidak tahu menggelengkan kepalanya.
''Pak Dewa. Murid tersebut membolos pelajaran Dewa dan pergi ke kamar mandi untuk merokok.''
Abimanyu terdiam. Ia mulai berpikir apakah karena alasan itu juga Dewa membelanya tadi.
''Kenapa ya, Pak. Pak Dewa tidak suka sama saya? apa karena saya mengambil jam mengajaranya?''
''Ya, mungkin bisa dibilang begitu.''
''Pak Dewa kan sudah tua, apa dia nggak ada niat buat pensiun.''
''Ya ada. Sudah dari dulu malah. Tapi tabungan dia nggak cukup buat tinggal di panti jompo.''
''Panti jompo? Pak Dewa mau tinggal di panti jompo?Apa dia nggak punya kerabat disini?''
''Pak Dewa itu anak rantau. Sama seperti saya.''
Akhirnya Abimanyu mulai mengerti kenapa Dewa berusaha keras untuk merebut kembali jam mengajaranya.