Sejak beberapa hari yang lalu, Dewa terus saja mengintip Abimanyu yang sedang mengajar di depan rumahnya.Cara mengajarnya menarik. Selain menggunakan video call, terkadang Abimanyu merekam aktifitas sehari-hari yang berkaitan dengan hukum-hukum fisika.
Abimanyu pernah membuat video untuk menjelaskan hukum hooke dengan membuat ketapel. Kemudian ketapel tersebut diarahkannya ke pohon kelengkeng Dewa. Membuat Dewa keluar dari rumah dan berteriak marah karena ia pikir itu adalah ulah anak-anak nakal yang ingin mencuri kelengkengnya. Dewa pun terheran-heran karena tidak mendapati satu pun anak kecil di luar
Berbeda dengan Abimanyu, Dewa hanya mengirim tugas melalui whats app dan meminta murid untuk mengerjakannya. Pernah ada murid yang protes kepada Dewa. Ia meminta Dewa untuk menjelaskan materi, namun Dewa berdalih bahwa kurikulum 2013 meminta siswa untuk belajar mandiri.
‘’Pak…..’’ ucap Widya membuyarkan lamunan Dewa yang duduk di ruang tamu dengan tumpukan buku yang berserakan di atas meja.
‘’Oh, Nak Widya.’’
‘’Kok ngelamun, Pak’’ tanya Widya sambil memberikan semangkuk sayur asem lengkap dengan tempe goreng.
''Oh, iya. Biasa urusan kerjaan.'' ucap Dewa sambil menerima sayur pemberian Widya
''Nak Widya hampir setiap hari kesini memberi sayur, memangnya tidak merepotkan?''
''Nggak, Pak. Sama sekali nggak repot.'' senyum tulus Widya
‘’Sebentar, ya Nak Widya.’’ Dewa kemudian berjalan ke dapur dan mengganti piring.
‘’Pembelajaran online itu susah ya, Pak? Saya lihat sepertinya Bapak kesulitan.'' tanya Widya begitu Dewa kembali ke depan.
''Kalau buat orang tua gagap teknologi seperti saya kesulitan, Nak Widya.''
''Oh begitu.'' ucap Widya. ''Kalau bapak bersedia, saya bisa mengajarkan bapak beberapa aplikasi yang dipakai oleh Mas Abimanyu.'' tambahnya.
''Yang benar, Nak Widya. Saya tentu bersedia dengan senang hati. Tapi saya minta tolong jangan bilang ke Abimanyu, ya.''
Widya hanya tersenyum kecut menjawab permintaan Dewa.
Dewa yang kegirangan mendengar tawaran dari Widya langsung bergegas mengambil laptop di kamarnya. Laptop yang didapat dari hasil kredit selama tiga tahun di koprasi sekolah. Laptop tersebut masih baru dan tidak banyak folder yang tersimpan di dalamnya. Sepertinya Dewa tidak pernah menggunaknnya.
Widya pun mengajarkan cara melakukan panggilan video call melalui sebuah Aplikasi ke Dewa. Ibarat kata pepatah belajar di waktu besar bagai mengukir di atas batu. Tidak mudah bagi Dewa untuk mengerti apa yang diajarkan oleh Widya. Sehingga Widya harus mengulanginya berkali-kali.
Setibanya di rumah, Widya langsung dihujani pertanyaan oleh Abimanyu yang sejak tadi menunggunya di balik pintu.
‘’Gimana Pak tua itu? Dia bisa nggak, sayang?’’
‘’Mas, jangan kasar gitu. Namanya Pak Dewa.’’
‘’Iya deh, Maaf. Jadi gimana? ‘’ tanya Abimanyu tidak sabar
‘’Tadi sih bisa, tapi nggak tau kalau sendiri.Kenapa nggak Mas sendiri aja sih yang ngajarin.’’
‘’Males, lah. Gengsi.’’
Sebenarnya Abimanyu sengaja mengajar secara online di halaman depan rumah supaya Dewa melihatnya. Harapannya Dewa yang kesulitan, bisa menghampirinya dan minta untuk diajari. Namun Abimanyu lupa bahwa Dewa adalah orang tua dengan harga diri yang tinggi. Tidak mungkin baginya untuk meminta bantuan pada saingannya.
Setelah mendapatkan ilmu dari Widya, Dewa sengaja melakukan kegiatan pembelajaran di depan halaman dengan tujuan ingin memamerkannya kepada Abimanyu.
Ia menggunkan papan tulis untuk menjelaskan materi dan sebuah laptop terkoneksi internet di letakkan di hadapannya. Ia melakukan hal yang sama dengan yang Abimanyu lakukan beberapa waktu yang lalu. Melakukan video call untuk menjelaskan materi.
Dari depan rumahnya, Abimanyu terus memperhatikan Dewa sambil berdiri menyilangkan kedua tangannya di dada. Dalam hatinya ia khawatir apakah pak tua tersebut benar-benar dapat menggunakan aplikasi tersebut. Pasalnya, aplikasi tersebut terhitung sulit bagi mereka yang melek teknologi.