🍁🍁🍁
Hari Senin kegiatan rutin Sma Tribuana yang wajib dilakukan, oleh seluruh warga sekolah 'nya, yaitu upacara rutin.
Semua murid berhamburan menuju lapangan sekolah, untuk melakukan kegiatan rutin tersebut, setelah bel yang berbunyi beberapa detik lalu, Sma Tribuana sangat tepat waktu dalam melaksanakan upacara, maka dari itu guru memerintahkan semua murid untuk langsung datang kelapangan sekolah saat bel di bunyikan.
Lagi-lagi dan lagi.
XI Bahasa mendapatkan cibiran dari anak IPS dan anak IPA, karena XI Bahasa terlambat 5 menit untuk mengikuti upacara, Dania dkk, berusaha sabar, untuk saat ini aja Dania dan teman-teman sekelas nya pura-pura tidak mendengar cibiran mereka. Bukan karena takut dihukum, tapi Dania dan teman sekelasnya sangat menghargai situasi seperti ini, ya! Upacara, meski teman sekelasnya selalu membuat onar tapi mereka selalu melihat situasi dan keadaan sekitar.
Barisan untuk anak kelas Bahasa bagian paling pojok, tapi paling pojok sendiri kelas XI Bahasa, lalu sampingnya kelas X Bahasa, samping nya lagi XII Bahasa, heran kan kalian kenapa gak urut barisan nya? Ya karena kelas XI Bahasa paling jelek diantara kelas X Bahasa dan XII Bahasa. Di Sma Tribuana cuma ada 3 kelas untuk jurusan Bahasa, masing- masing angkatan cuma ada satu kelas jurusan Bahasa.
Mau tau kenapa XI Bahasa kelas paling buruk dibanding dengan kelas X Bahasa dan XII Bahasa?
Karena waktu angkatannya Dania, sekolah Sma Tribuana mencoba sistem baru dari kebijakan pemerintah, yaitu sistem zonasi. Sistem yang mengadalkan jarak paling dekat dengan sekolah justru yang diterima, pada sistem itu nilai tinggi tak menjamin diterima atau tidak di Sma Tribuana, nilai hanya diperuntukkan untuk mengambil jurusan saja.
Pada akhirnya Sma Tribuan menyediakan 200 bangku untuk murid yang mendaftar lewat jalur zonasi, dan 180 bangku untuk pendaftaran jalur prestasi. Dania pikir 200 murid yang berhasil keterima Sma Tribuana lewat jalur zonasi bernasip seperti dirinya, yaitu-- memiliki nilai yang jelek, tapi Dania salah! Nilai ujian mereka jauh lebih bagus dari pada nilai ujian Dania.
Dania mendapatkan jurusan Bahasa, dan akhirnya kelas Bahasa menjadi kelas jurusan yang ia dapatkan melalui sitem zonasi, kecewa? Tidak! Dania tidak kecewa sama sekali keterima di kelas Bahasa, meski ia tau bahwa kelas Bahasa adalah kelas buangan, kelasnya orang-orang bodoh, ya memang benar! Kelas Bahasa adalah hasil murid murni yang mendaftar lewat jalur zonasi, meski ada beberapa anak IPA dan IPS juga mendaftar lewat jalur zonasi, tapi nilai mereka lebih tinggi dari pada nilai anak Bahasa.
Baru kali ini Sma Tribuana mencoba jalur zonasi, sebelumnya mereka engan untuk mencoba kebijakan pemerintah tersebut, XII Bahasa atau kakak kelas Dania, jangan sama kan XII Bahasa dengan kelasnya, karena meski sama-sama jurusan Bahasa tapi kemampuan otaknya beda! Karena anak XII Bahasa itu pintar, kreatif beda sekali dengan kelas Dania, meski kadang XII Bahasa juga membuat onar.
Dan....
X Bahasa?
Setelah banyak mempertimbangkan, Sma Tribuana mengurangi junlah murid yang ingin mendaftar lewat jalur zonasi, karena kepala sekolah melihat hasil dari siswa-siswi yang keterima karena sistem zonasi, sangatlah kurang baik untuk nama baik Sma Tribuana, dari 200 bangku yang disediakan untuk jalur zonasi dan pada angkatan adik kelas Dania, berkurang menjadi 90 bangku.
Yammpun kurang nya banyak banget kan?
Jadi dapat kalian simpulkan kalau XI Bahasa memang lah buruk, dari pada XII Bahasa dan X Bahasa.
O iya, dan untuk urutan barisan upacara, memang disusun secara yabg terbaik yang di atas yang terendah yang paling bawah.
Trik matahari sudah mulai menyegat pengelihatan anak XI Bahasa, mereka sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, karena resiko barisan paling pojok adalah terkena sinar matahari, tapi anak XI Bahasa tak pernah mengeluh akan itu semua, ia malah senang karena sinar matahari mengenai tubuhnya, bukankah sinar matahari pagi baik untuk tubuh?