🍁🍁🍁
Setelah mendapatkan hukuman yang tak setimpal dari anak Osis, anak XI Bahasa, menggerutu sebal. Saat ini mereka sedang bersantai di kelas, beruntung saat selesai di hukum, bel istirahat berbunyi, jadi Dania dan yang lainya bisa mengunakan waktunya untuk istirahat di kelas.
"Anjir, badan gue pegel semua, gilak tu ketos suruh kita push up 100 kali, emang kita atlet olahraga apa?" gerutu Dania.
Rani yang duduk sebangku dengan Auta, mengeluarkan air minum yang ia bawa, lalu meminumnya untuk menghilangkan rasa hausnya.
"Gue sama yang lain sih gak heran Dan, sama hukuman anak-anak Osis, kita mah udah biasa, dihukum kayak gitu, suruh push up, lari keliling lapangan, berdiri di jemur ditengah lapangan, udah jadi makanan kita," sahut Rani.
Dania memang tidak terbiasa dihukum seperti itu tadi, diantara para teman-temannya biasa dibilang Dania lah yang paling jarang kena yang namanya HUKUMAN. Bukannya tak pernah kena, Dania juga pernah kena hukuman tapi hukumanya tidak berat-berat dan yang paling berat adalah di suruh push up 100 kali! Kenapa? Karena Dania tak suka olahraga, apa lagi push up, iya tak menyukainya.
"Yah, gue tau Ran. Tapi ini hukamanya gak wajar gitu loh, kita tu cuma telat lima menit doang, tapi disuruh push up 100 kali, kan gak adil," kesal Dania.
Bastian yang sedaritadi tiduran dilantai bawah, ia merasa tergangu dengan suaranya Dania, Bastian memutuskan untuk mengahampiri temanya itu.
"Eh Dania Salsabila, dengerin gue ya, tu anak Osis memang sengaja ngasih hukuman kita yang berat, kayak gak tau aja dendam dia ke kita, apa lagi si ketos sama wakilnya itu, dia kan anak IPS sama anak IPA. Musuh bebuyutan kita," sahut Bastian.
"Aduh dari pada kita ngobrolin musuh, mending ke kantin kita makan, laper gue," ajak Diska, yang sudah beranjak dari tempat duduknya.
"Setuju gue sama Diska, kita mending ngisi perut biar semangat, buat ulah," timpal Bastian.
Dania dan Rani siap beranjak dari kursinya, untuk segara menuju di kantin, tapi ia melihat satu temanya yang lagi tengah sibuk mengecat kukunya dengan kutek berwarna.
Yah, siapa lagi kalau bukan Febi.
"Feb, lo masih mau disitu apa ikut sama kita?" tanya Dania.
Febi mengehentikan aktiftasnya, lalu mendongak ke arah Dania, "Bentar-bentar catnya belum kering ini, nanti rusak lagi,''keluh Febi sambil memandangi kuku-kukunya yang berwarna-warni itu.
Dania dan yang lain hanya mengeleng pelan, mereka terpaksa menunggu Febi, sedangakan Febi masih meniup-niup kuku nya.
Merasa cat kukunya sudah kering, Febi tersenyum puas, lalu beranjak dari kursinya."Ah, kering juga akhrinya, cantik banget ya kuku gue," ucapnya sambil memandangi kuku nya.
🍁🍁🍁
Dania mengehala nafas panjang, melihat kantin dipenuhi oleh manusia yang kelaparan."Huftt... Ini kita mau duduk dimana? Penuh kayak gini," keluh Dania.
"Iya, tumben banget kantin jam segini udah banyak orang," heran Rani.
"Ini semua gara-gara lo sih Feb,"tunjuk Diska.
Febi menunjuk dirinya,"Loh kok gue?"
"Ya, lo lah! Gara-gara kita nunguin lo nge-cat kuku, jadi lamakan kita datengnya," sewot Diska.
Bastian melihat dua orang temanya yang sering adu mulut itu, mencoba memisahkan nya."Hehh, ini mau berantem apa mau makan!" lerai Bastian.
"Makan,'" jawab semuanya dengan kompak.
"Yaudah kalau mau makan, ya ayo cari tempat, bukanya adu mulut," sinis Bastian sambil melirik ke arah Diska dan Febi.