MASED

Denok Ayu Uni Aisandi
Chapter #2

PERNIKAHAN PAKSA HANUM

Seiring berlalu bergulirnya waktu

Membuka rahasia di antara kita

Pastinya 'kan ada hati yang terluka

Matahari masih tegar bersinar, setia menyengat kulit manusia hipokrit. Seperti bulir dosa dan kebohongan yang perlahan-lahan membakar hati pelakunya. Sayup-sayup terdengar genjrengan semangat dan suara serak-serak nge-bass dari pengamen di depan warung bakso, lagu "Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah."

Hanum bergegas keluar, dengan wajah sebal, meletakkan topi ember krem berhias bunga lavender ungu di kepala, mengayuh city bike toska favoritnya kencang sekali. Perasaannya campur aduk antara marah, sedih, kecewa dan yang paling besar adalah bersalah. Hingga ia lupa, jika sedang memakai gaun panjang. BRAKKK!!! Hanum jatuh, gaunnya masuk ke dalam jeruji sepeda. Ia menangis kencang sekali, persis seperti anak-anak yang menangis karena jatuh dari sepeda, padahal umurnya sudah 25 tahun. Tentu sangat sakit, lututnya berdarah, tapi lebih sakit lagi hatinya. Orang-orang segera menolong, terpaksa menggunting ujung gaun, mengangkat dan mendudukkannya di atas kursi penjual soto di pinggir jalan, memberi minum, meski sampai sekarang aku juga masih bingung kenapa setelah orang kecelakaan seringnya diberi minum, apakah iya setelah kecelakaan menjadi haus? Ah, sudahlah, kita lanjut saja bercerita lagi tentang Hanum. Setelah beberapa menit berlalu, ia sudah bisa berdiri, dan segera menuntun sepeda dengan stang yang agak bengkok, buru-buru pulang.


***


“Aku harus bagaimana Mas? Aku takut, bingung, apakah harus kubunuh?” Setelah sampai rumah, Hanum segera menelepon seseorang sambil menangis sesenggukan. Perempuan cantik itu menyalakan AC ke suhu paling rendah, duduk di depan kaca sambil menyisir rambut hitamnya yang panjang, dengan mata sembab dan hidung yang kedat. Ingatannya kembali ke tiga tahun silam.


Lihat selengkapnya