Masihkah Kau Mencintaiku?

Lunette
Chapter #2

Pertemuan Kedua

Dua minggu telah berlalu sejak sore hujan itu. Tara tak pernah menyangka bahwa pertemuan singkat dengan Rayhan akan terus terbayang dalam benaknya. Ia masih ingat jelas caranya tertawa, ketulusan di matanya, dan bagaimana ia membuat hari yang kacau berubah menjadi kenangan hangat.

Tapi hidup tetap berjalan, dan Tara harus fokus dengan proyek besar yang tengah ia tangani. Sebagai manajer proyek kreatif di sebuah agensi media, waktu luangnya nyaris tak ada. Namun, di sela-sela kesibukan, hatinya sering bertanya-tanya: bagaimana kabar Rayhan?

Jawabannya datang di pagi yang cerah. Tara menghadiri presentasi arsitektur untuk kolaborasi proyek branding kompleks perumahan baru. Saat klien memperkenalkan perwakilan dari tim arsitek, Tara nyaris tak percaya.

"Perkenalkan, ini Rayhan Mahendra dari Mahendra Architect. Beliau yang mendesain seluruh proyek hunian ini," ujar klien dengan bangga.

Rayhan melangkah ke depan dengan percaya diri. Pandangannya menyapu ruangan, dan berhenti saat melihat Tara. Senyum terukir pelan di wajahnya.

"Kita bertemu lagi," katanya setelah sesi selesai, menghampiri Tara yang masih terpaku.

"Kamu... arsiteknya?"

"Yup. Dunia ini sempit, ya?"

Tara tertawa. "Sempit sekali, ternyata."

Mereka berbincang sebentar di luar ruang presentasi. Obrolan mengalir lancar, seperti sore itu. Bedanya, sekarang mereka bukan dua orang asing. Ada semacam ikatan samar yang terasa semakin nyata.

"Makan siang bareng?" ajak Rayhan.

Tara menatap jam tangannya, lalu mengangguk. "Aku bisa curi waktu satu jam."

Di restoran kecil yang hangat dan tenang, mereka duduk berhadapan lagi. Dan lagi, waktu seakan berlalu cepat. Mereka mulai membicarakan hal-hal lebih dalam—tentang keluarga, masa kecil, mimpi yang belum tercapai. Tara merasa nyaman, dan Rayhan tampaknya juga.

Sebelum berpisah, Rayhan memberikan kartu namanya. "Kalau butuh bantuan, atau... sekadar teman ngobrol."

Tara menyimpannya dengan senyum. "Aku simpan. Siapa tahu nanti mobilku mogok lagi."

Rayhan tertawa. "Kalau begitu, semoga nggak mogok... tapi tetap ketemu."

Mereka berpisah, tapi kali ini dengan janji tak tertulis bahwa kisah mereka baru saja dimulai.

---

Hari-hari berikutnya terasa berbeda bagi Tara. Meski rutinitas kerjanya tetap padat, ada semacam jeda yang ia simpan diam-diam dalam pikirannya—sebuah ruang kecil yang didiami oleh nama: Rayhan Mahendra.

Lihat selengkapnya