Kulirik jam tangan, tepat jam sebelas lebih sepuluh. Mereka bertiga sudah berangkat.
Aku memandang cakrawala yang menelan kereta api itu bulat-bulat. Mungkin memang aku tidak sekuat mereka yang bisa langsung percaya tanpa kegelisahan yang besar.
Tanpa banyak bertanya-tanya tentang jalan yang aku pilih. Mungkin pertanyaanku ini sulit padahal cukup sederhana. Aku hanya ingin tahu alasanku memilih jalan ini. Sebab sangat tidak nyaman ketika kita melakukan sesuatu tanpa memiliki alasan.
Aku harus terus mencari jawaban, tapi tidak di tempat itu. Di tempat itu hanya ada satu jalan yang memaksaku untuk melewatinya tanpa aku bisa menolak. Tapi di luar sini ada banyak jalan yang bisa aku tempuh.
Semoga Allah Bapa melindungiku.