Waktu tampaknya seperti ingin berhenti, menahan napas saat pandangan Zaki dan Indra kembali bertaut. Dalam tatapan mereka, terpancar pancaran yang sama, mengisyaratkan bahwa di antara mereka terdapat cinta yang mendalam. Namun, meskipun kehangatan itu terasa begitu nyata, tak ada yang bisa menjamin bahwa pancaran itu akan tetap bersinar di masa yang akan datang.
Saat Zaki dan Indra saling memandang, terasa seakan waktu sendiri menahan napas, menciptakan sebuah momen yang begitu indah dan berharga. Tatapan mereka menyiratkan lebih dari sekadar kata-kata yang terucap; itu adalah bahasa hati yang tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata. Di dalam kedalaman pandangan mereka, terpancarlah pancaran yang sama, sebuah kilatan cahaya yang mengisyaratkan kehadiran cinta yang mendalam di antara mereka. Rasanya seolah-olah segala sesuatu di sekitar mereka berhenti bergerak, dan mereka terperangkap dalam dunia mereka sendiri, di mana waktu tidak lagi memiliki arti.
Namun, di balik kehangatan yang terasa begitu nyata, terdapat pula kekhawatiran yang menyelinap di dalam hati mereka. Meskipun pada saat ini segalanya terasa sempurna, tak ada yang bisa menjamin bahwa pancaran cinta itu akan tetap bersinar terang di masa yang akan datang. Mereka sadar bahwa di dunia yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian, bahkan cinta sekalipun tidak luput dari ujian dan cobaan yang harus dihadapi.
Namun demikian, di tengah ketidakpastian itu, Zaki dan Indra memilih untuk percaya satu sama lain, dan pada kekuatan cinta yang mereka miliki. Mereka berjanji untuk saling mendukung, saling menguatkan, dan saling mencintai, tak peduli apa pun yang mungkin terjadi di masa depan. Karena bagi mereka, cinta bukanlah hanya sebuah perasaan, melainkan sebuah komitmen yang mereka pilih untuk jalaninya bersama, dalam suka dan duka.
Sementara itu, langit senja mulai berubah warna, menciptakan latar belakang yang sempurna untuk momen yang begitu berarti bagi mereka berdua. Cahaya merah senja yang memancar di ufuk barat memberikan sentuhan romantis pada suasana, seolah mengiringi langkah-langkah mereka yang penuh makna. Dan di dalam hati mereka, terukirlah kenangan yang akan selalu mereka simpan, tentang momen indah di mana cinta mereka mengalir begitu kuat dan tulus.
"Dra, besok Zaki pulang ke Bandung. Doakan ya…." ujar Zaki dengan nada lembut, seraya menatap Indra dengan tatapan penuh harap.
"Kapan ke sini lagi?" tanya Indra, mencoba menahan rasa kekhawatiran yang mulai menyelinap di dalam hatinya.
"Nggak tahu," jawab Zaki sambil menundukkan kepala. "Habis ini, Zaki pasti bakal sibuk banget di kampus. Dua atau tiga semester ini mungkin nggak akan sempat pulang."
"Maksudnya?" tanya Indra, mencoba memahami maksud di balik kata-kata Zaki.
"... sekarang," suara Zaki tercekat, tampaknya sulit untuk melanjutkan kata-katanya. "Selain orang tua, Zaki yakin ada orang lain yang menunggu di sini…."
Indra tersenyum lembut, memahami betul apa yang ingin diungkapkan Zaki. Dia mendekatkan dirinya ke Zaki, menyentuh lembut lengan sahabatnya itu. "Rasa ini terlalu kuat, Zaki. Tidak ada yang bisa menggantikannya," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Ini bukan ilusi atau mimpi