Diskusi pertama: Bahagiakah Zaki?
Ivana langsung dengan tegas berkata, “Tidak! Itu sudah jelas. Dari raut wajahnya juga langsung ketahuan. Dari kalimatnya di dapur tadi juga jelas. Kita sama-sama tahu dia orangnya polos.”
Airin mendelik. “Sok tahu! Dia kan belum pernah cerita masalah ini!”
“Ya kita, dong, sebagai temannya yang harus peka!”
“Aku kira juga begitu. Jelas dia sedang merasa gamang.”
“Tuh, kata Ajeng juga begitu!”
Airin bersandar ke sofa, sepertinya dia sudah menyerah.
“Memang, menurut kalian berdua, apa yang paling buat dia terganjal?” tanyaku
Tidak ada yang menjawab, mungkin ini pertanyaan tersulit sebab cinta setiap orang tidak akan sama cara menjalaninya, walaupun materinya tetap sama.
“Hmm… mungkin, karena tidak sesuai dengan nuraninya.” Airin menjawab hati-hati.
“Atau dia mulai kehilangan rasa cintanya?” Ivana memotong
“Tidak mungkin! Terlalu cepat, terutama untuk seorang Zaki. Bukannya dia itu orang yang pandai menyimpan perasaan.” Airin menukas lagi
“Justru sebaliknya,” aku memotong, “Zaki yang kukenal adalah orang yang mudah jatuh cinta.”
Kedua temanku, Ivana dan Airin, memandang lurus ke arahku, wajah mereka mencerminkan ketidakpercayaan. Aku menganggukkan kepala, mengetahui bahwa tidak ada yang lebih dekat dan lebih memahami Zaki di antara kami bertiga selain aku. Kepolosannya membuat semua gerakannya mudah ditebak, namun hal tersebut seringkali tertutupi oleh sifat pendiamnya. Karena itu, jarang orang yang benar-benar mengenal kepribadiannya dengan baik. Padahal, cukup dengan sedikit pengamatan saja, karakter dan perasaannya dapat terbaca dengan jelas. Saya sadar bahwa pengetahuan dan pengamatan kami tentang Zaki tidak hanya didasarkan pada kata-katanya, tetapi juga pada bahasa tubuhnya, ekspresi wajahnya, dan kebiasaannya sehari-hari.
“Jadi maksudmu, Zaki sedang jatuh cinta lagi sekarang dan merasa gamang akan hubungannya dengan Indra?”
“Aku tidak bilang begitu, Rin.”
“Memang, cerita apa yang kamu tahu tentang Zaki?”
Aku menggeleng. Tidak akan kuberitahukan bila tidak ada izin dari Zaki sendiri, sebuah cerita berkelebat dalam memoriku, saat seorang Irwan memperkenalkan cinta yang bersemi indah pada kepolosan Zaki, dan seorang Nisa mengenalkan suatu sakit yang selalu bersanding dengan cinta tersebut.
Tidak ada yang salah di sini; bukan Nisa, bukan Irwan, bukan pula Zaki. Cinta adalah rahasia terbesar dalam hidup, tidak ada yang tahu sampai itu benar-benar dititipkan dalam hati dan juga tidak ada yang tahu sampai itu benar-benar diambil. Setiap langkah dan pilihan yang diambil oleh Zaki, sebagaimana halnya oleh setiap individu dalam mencari dan menjalani cinta, adalah bagian dari perjalanan pribadi yang unik.
Keputusannya untuk tidak berbagi detail tentang hubungannya dengan Indra, atau bahkan tentang perasaannya pada saat ini, mungkin adalah cara baginya untuk menjaga privasi dan merenungkan jalan yang ingin ia ambil dalam kehidupannya. Dan sementara teman-temannya mencoba memahami dan mendukungnya, mereka juga harus menghormati ruang dan waktu yang dibutuhkan Zaki untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaannya sendiri.
Sebab cinta tetap cinta
Sebening telaga atau air mata surge
Sejalan dengan belati atau duri