4 Mei 2020
Perumahan Cilandak Townhouse, Jakarta Selatan.
“Ness, aku akan di Solo dulu ya buat temenin Bapak. Setidaknya sampai Lebaran. I need to sort some things out here,” Bima berkata di seberang telpon.
“Oke, take your time,” Nessa menanggapi. “Bim, soal Common Coffee…”
“Tanggal 10 Mei, Common Coffee akan tutup sampai setelah Lebaran. Rangga sudah kukasih THR,” Bima berkata lagi.
“Aku kemarin lihat laporan keuangan Common Coffee…” Nessa berusaha bicara.
“Jangan khawatir,” potong Bima. “Aku beresin semuanya setelah urusan di Solo selesai.”
Nessa menggigit bibir. Bima selalu jadi sensitif setiap kali membicarakan Common Coffee.
“Bim, aku senang kamu akhirnya bicara lagi dengan Bapak,” akhirnya hanya itu yang bisa Nessa katakan.
***
“Gimana persiapan nikah, Ness? Sudah fitting baju? Pilih make-up artist? Pesan souvenir?”
Nessa menyesali bagaimana pandemi sekali pun tampak tak sanggup menghalangi kedua bibinya untuk mengganggu hidupnya. Berdalih selalu menerapkan protokol kesehatan, sudah melakukan rapid test, dan mengenakan face shield, keduanya berkunjung sore itu untuk berbuka puasa bersama. Sementara menunggu waktu maghrib, mereka duduk bercakap- cakap di ruang keluarga.
Nessa menggeleng. “Aku masih sibuk ngurusin ‘Just Loose It’ , Acil. Jadi belum sempat. Tapi, yang simple ajalah, toh sekarang peraturannya pernikahan cuma boleh di KUA,” ia menjawab.