10 Juni 2020
Perumahan Cilandak Townhouse, Jakarta Selatan.
Nessa menatap ke bawah, menyadari ia sedang mengenakan kebaya putih dan kain batik.
“Calon pengantin prianya kok nggak ada, Mbak?” penghulu di hadapannya bertanya dengan tak sabar.
Ini hari pernikahannya. Tapi, kursi yang seharusnya diduduki Bima masih kosong. Nessa mulai panik.
Ayah Nessa, duduk di kursi wali nikah, tampak malu dan kecewa.
“Sudah Papa bilang, kamu dan Bima terlalu berbeda,” katanya pelan.
Bambang si event organizer menyeruak diantara mereka, lalu bertanya nyaring.
“Masih pengen nikah nggak, Kak?”
Nessa bangun dengan terengah- engah. Ini cuma mimpi buruk, ia berusaha menenangkan diri sendiri. Cuma mimpi buruk yang lain.
Nessa memeluk tubuhnya yang gemetaran. Air matanya jatuh satu per satu. Entah bagaimana, ia merasa rangkaian mimpi buruknya adalah pertanda. Bahwa Bima mulai menggelincir hilang darinya.
Kamu gemuk dan tak diinginkan. Kata- kata itu terngiang tanpa ampun di telinga Nessa. Kamu akan mati kesepian.
Nessa menangis terisak- isak ke dalam bantalnya.
***
10 Juni 2020
Apartemen Bareksa City, Jakarta Timur.
Memasuki bulan Juni, pandemi Covid-19 yang sedianya diprediksi sudah menghilang, justru mengganas. Pemerintah mengeluarkan prediksi baru mengenai kapan pandemi bisa tertangani di Indonesia. Tapi, tak seorang pun tampaknya sungguhan percaya.
Bima mengernyitkan dahi memandangi sebuah laman situs pencarian kerja. Wadah digital yang dulu merupakan tempat para profesional melebarkan jejaring tampaknya telah beralih fungsi menjadi ajang kompetisi dua jenis orang; mereka yang ingin unjuk kebolehan diri, dan mereka yang berusaha menjadi motivator khusus tema pandemi.
Dalam hati, Bima maklum. Lebih dari dua juta orang terkena pemutusan hubungan kerja selama pandemi. Bahkan perusahaan- perusahaan start-up yang sebelumnya tampak tak tergoyahkan harus memberhentikan ribuan karyawannya. Semua orang bersedia melakukan apa saja, betul- betul apa saja, untuk mendapatkan penghasilan.
“Silakan, ini CV saya. Tolong dibantu, sudah enam bulan saya menganggur. Saya pekerja keras dan siap belajar apa saja,” seorang lelaki muda mengupload CVnya di kolom status.
“Jangan pernah mengeluh. Hanya pecundang yang suka mengeluh. Lihat saya, meskipun di-PHK tetap optimis. Sekarang saya berpenghasilan dengan berbisnis madu JANA. Ayo bergabung dan sukses bersama. Hubungi saya!” tulis seorang perempuan.
Bima menghela napas. Ia baru selesai memperbarui CVnya dan mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan. Sekarang, foto profilnya di laman pencarian kerja itu dihiasi sebuah digital sticker hijau bertulisan #OpentoWork. Siap Bekerja.