Mata Api

Anggoro Gunawan
Chapter #3

Piala

Aku seperti piala bergilir. Kali ini aku dirawat di kakak nomor tujuh: Mbak Tari. Secara rumah aku lebih cocok di sini. Aku teringat waktu kecil aku memanggilnya dengan sebutan “Pauk.” Ia membalasku dengan memanggilnya “Cinguk.” Aku juga memanggilnya dengan sebutan “Tua.” Itu semua untuk membuatnya marah. Kami berjarak tujuh tahun. Jadi ketika dia masuk Sekolah Menengah Pertama, aku masuk Sekolah Dasar. Dia punya tiga anak yang semuanya laki-laki.

Suaminya nyeniman. Aku merasa bebas di sini. Dia juga memberikan pengobatan yang menurutnya alternatif. Stem Cell. Atau Sel Punca. Metode ini biasanya digunakan untuk hewan. Makanya aku dibawa ke dokter hewan. Ya, benar. Dokter Hewan. Lima kali Aku di suntik di pahaku, 

Aku merasa biasa biasa saja. Konon cara kerja Sel Punca itu memang pelan. Tidak seketika bisa dirasakan efeknya. Sel punca itu meregenerasi sel mati agar hidup kembali. Aku membayangkan sel sarafotakku lagi diperbaharui kembali.

Sebenarnya paling bagus kalau yang dijadikan sel punca itu adalah ari-ari. Tapi siapa pula yang menyimpan ari-ari sampai dewasa masih ada?

Dalam adat budaya masyakat Jawa biasanya ari-ari itu di pendam semasa bayi. Konon untuk menghargai saudara gaib yang tidak tampak, dikubur diberi lampu teplok.Biar ruhnya tidak kesepian saudara gaib itu.

 

Lihat selengkapnya