Mata Api

Anggoro Gunawan
Chapter #7

bab kucing tikus gigi

Aku bangun tidur dengan badan segar. Seakan tubuh ini dunia baik-baik saja. Daun masih hijau. Air masih bening. Kulangkahkan kaki ke dekat dispenser. Hari ini aku ada janji dengan ahli gigi. Kami janjian tengah hari. 

Dia janji memberikan gigi palsu yang baru. Aku pesan seminggu lalu. Biasanya aku pesan tak sampai ganti hari, jadi. Tapi ini seminggu! Baik, memang lama.

Aku penasaran dengan hasilnya. Kata Indah, si ahli gigi itu, pakai metode baru. Konon tak usah dilepas giginya. Ini luar biasa. Jadi aku tidak harus melepas pasang tiap hari. 

Kebiasaan melepas gigi ini mengingatkanku pada almarhum ayah. Bapak akan melepas gigi palsu sebelum tidur. Aku pun demikian. 

Gigiku tidak sebagus ibuku. Gigi ibuku utuh sampai meninggal dunia. Begitu juga milik nenekku. Mereka rajin menginang. Buah kinang dan sirih membuat gigi kuat. Tapi efeknya gigi menghitam. Lebih tepatnya, merah bata.

Tepat 10.25 menit Indah datang. Dia meminta air putih, kaca, dan kursi nyaman. Langsung kuminta dia ke ruang tengah, di colokan listrik ada.  Tangannya merakit  peralatan untuk memasang gigi. Sekitar lima belas menit kemudian aku sudah menggunakan gigi palsu baru. Kuakui memang rasanya beda. Ini lebih lembut dan mengena di gusi. 

Setelah basa basi sebentar dia pun pulang. "Mau ke Gunungpring," katanya sembari buru-buru.  Ia menyebutkan daerah di sekitar Muntilan.

Gigi ataskuku sudah tanggal semua. Gigi palsu ini untuk yang atas. Total kukeluarkan 4,5 juta untuk gigi palsu ini. Dua kali gigi palsuku hilang dibawa tikus. Dua kali. Ah, tikus. Dulu tikus tidak pernah mengganggu saat kucing persiaku masih ada. Tapi kan itu di tempat tinggalku yang lain.

Mbak Genah dan Mbak Anti  benci kucing. Sementara aku dan keponakanku yang lain menyukainya, Aku heran, benci sama binatang selucu itu. 

Kakakku belum tahu fakta lucu tentang kucing. Maru, kucing Jepang yang tercatat meraih sebutan sebagai Kucing Paling Terkenal di Internet. Kucing ini punya blog sendiri.

Sekarang aku rindu kucing-kucing. Aku benci tikus. Tikus pernah berlari di atas mukaku. Muka dianggapnya jembatan bertekstur, mungkin. 

Lihat selengkapnya