Stroke benar-benar mengubah hidupku. Dari seseorang yang dulu aktif, produktif, dan mandiri, kini aku harus bergantung pada orang lain untuk hal-hal yang dulunya remeh. Kesepian menjadi teman sehari-hari. Ada dinding yang tak terlihat antara aku dan orang-orang di sekitarku; mereka melihatku, mendengarku, tapi jarang yang benar-benar mengerti apa yang aku alami. Aku mencoba mengatasi rasa kesepian ini dengan mencari informasi daring, berharap menemukan jawaban untuk kondisi yang kualami. Dari artikel kesehatan, tips, hingga komunitas-komunitas di media sosial, aku coba jelajahi satu per satu.
Facebook menjadi tempat pertama yang kucari. Setelah mencari beberapa saat, aku menemukan beberapa grup yang berisi orang-orang yang juga mengalami stroke. Aku bergabung dengan beberapa grup itu, berharap bisa bertemu dengan orang-orang yang berpikiran sama, yang mengerti tentang kondisi yang kuhadapi. Sayangnya, kebanyakan dari mereka hanya berbagi cerita sedih, lelucon, atau sekadar mencari afirmasi negatif. Beberapa malah hanya mengeluh dan tidak mencari solusi. Di sana ada tawa dan canda, mungkin untuk menghibur diri, tapi rasanya kosong bagiku. Aku tidak ingin hanya larut dalam kenyataan pahit ini; aku ingin solusi, ingin jalan keluar.
Di Facebook, tak jarang juga ada yang menawarkan obat-obatan ajaib, menjanjikan penyembuhan cepat. Aku cukup skeptis, meski kadang ingin mencoba apa pun demi kesembuhan. Namun, aku memilih untuk berhati-hati dan menghindari promosi seperti itu. Selain Facebook, aku mulai melirik TikTok dan Instagram. Di sana aku menemukan beberapa akun yang berisi tips-tips sederhana namun bermanfaat. Mereka memperlihatkan gerakan-gerakan dasar seperti wall sit, push-up vertikal, latihan kekuatan betis dan pinggul sambil tiduran. Gerakan yang tampak sederhana ini sebenarnya berat bagi penyintas stroke, tapi perlahan-lahan aku mencoba melakukannya.
Selain video, ada juga aplikasi ponsel yang membantu melatih otot-otot saraf, mengajak tubuh beradaptasi kembali. Aku menyadari bahwa pemulihan tidaklah instan. Butuh waktu dan ketekunan, dan setiap kemajuan sekecil apa pun harus dihargai.
Di suatu grup Facebook, aku menemukan informasi tentang sebuah komunitas di WhatsApp. Mereka memiliki grup khusus yang diisi oleh para penyintas stroke dengan tujuan yang sama: mencari solusi dan dukungan yang nyata. Tidak hanya berisi sesama penderita, grup ini juga didampingi oleh dokter-dokter spesialis saraf. Melihat kesempatan ini, aku segera mendaftar. Beberapa hari kemudian, aku menerima pesan konfirmasi dan langsung bergabung dengan grup itu. Mereka ternyata salah satunya berlokasi di Magelang, dan jadwal pertemuan rutin setiap dua bulan sekali.
Aku langsung teringat saat bekerja untuk majalah a+ dulu. Magelang adalah salah satu destinasi yang kaya akan budaya dan seni. Museum Widayat di dekat Candi Mendut, Museum OHD yang berisi koleksi seni kontemporer, Festival Lima Gunung, dan tentu saja, Candi Borobudur yang megah. Kota itu memiliki kekayaan yang membuat orang kembali berkali-kali untuk menikmatinya.