Rokok lintingan bukan sekadar rokok; ia adalah ritual kecil, yang penuh cerita dan sentuhan pribadi. Kebiasaan ini pertama kali diperkenalkan padaku oleh Mas Dwiatno, seorang teman yang, di balik penampilannya yang santai, memiliki keahlian unik dalam hal melinting rokok. Awalnya, aku tak terlalu tertarik dengan ide melinting rokok sendiri. Bukankah membeli rokok yang sudah jadi jauh lebih praktis? Namun, Mas Dwiatno meyakinkanku bahwa melinting rokok sendiri akan jauh lebih hemat, bahkan bisa jadi pengalaman yang menyenangkan.
Ia memberiku alat linting seukuran songkok orang dewasa, terbuat dari kayu coklat muda yang agak pudar. Alat ini bentuknya sederhana, hanya silinder panjang yang mengingatkanku pada “slender aspal”—alat berat yang digunakan untuk meratakan jalan. Meski sekilas tampak tak istimewa, alat linting ini ternyata membawa pengalaman baru dalam hidupku.
Dengan penuh semangat, Mas Dwiatno mulai mengajariku cara melinting rokok. "Jangan asal linting. Ada tekniknya," ia mengingatkanku sambil menunjukkan caranya menggulung tembakau di atas selembar kertas. Aku mengikutinya perlahan, mencoba memahami setiap gerakan tangannya yang terampil. Awalnya, hasilnya berantakan. Tembakaunya tumpah di sana-sini, dan kertasnya robek karena terlalu kencang kugulung. Tapi aku tak menyerah. Setelah sekitar satu bulan berlatih, aku mulai bisa menghasilkan lintingan yang cukup rapi. Tentu, masih jauh dari sempurna, tetapi cukup memuaskan untuk dinikmati.
Pengalamanku melinting rokok ini membuatku teringat pada para pekerja di pabrik rokok tangan. Mereka bekerja dengan cekatan, menghasilkan rokok dengan presisi yang membuatku kagum. Aku yakin, hasil lintingan mereka pasti jauh lebih rapi daripada lintinganku yang masih serba kasar. Namun, justru itulah yang membuatnya istimewa. Setiap lintingan memiliki sentuhan pribadi, tidak ada yang benar-benar sama.
Selain belajar melinting, aku juga belajar memilih bahan-bahan yang sesuai dengan seleraku. Mulai dari memilih tembakau, menambahkan filter jika diinginkan, hingga menambahkan saos—istilah untuk perasa tambahan yang bisa memberi aroma atau rasa tertentu pada rokok. Ibuku, yang merupakan penjual tembakau, sering memberiku saran tentang jenis tembakau dan saos yang cocok. Menurutnya, ada tembakau dengan aroma yang “nyegrak”—istilah khas Jawa yang menggambarkan rasa atau aroma yang terlalu kuat. Meskipun selera kami berbeda, kami sepakat bahwa saos adalah elemen penting dalam rokok lintingan.