Mata Api

Anggoro Gunawan
Chapter #24

Hadiah untuk Comeng

Comeng memang tepat untuk tugas ini. Seminggu ini dia dua kali menangkap tikus. Besar lagi. Untuk itu dia aku hadiahi dia sesuatu. Apa ya?

Otakku berpikir keras.Mungkin mainan kucing atau tempat tidur kucing? Atau toilet kucing? 

Aku langsung bikin jadwal untuk ke toko hewan. Aku mau tanya ke penjualnya. Biasanya banyak mainan kucing di sana.

Aku memesan ojek langganan ke rumah. Lima belas menit datang. "Mas, datang ke mari. Antar kan ke Tempuran!" aku berkata ke Mas Bejo, ojek langgananku itu, lewat ponsel. Dia setuju. Toh hari ini dia belum dapat ojekan. Aku mau konsultasi ke penjualnya siapa tahu dia punya rekomendasi yang lebih tepat.

"Ayo, Pak! Mau kemana memangnya?"

"Mau beli mainan kucing." 

"Buat Comeng, Pak? Silakan naik,"

Baju kampanye merah terang membalut tubuh hitam kelam. Tidak sekelam orang Papua atau Afrika, ada semburat kecoklatan. Bagiku naik ojek lebih praktis. Lebih cepat. Anti macet. Dan lebih irit.

Senyumnya senada dengan celananya yang sobek-sobek, "gaya anak muda" katanya ketika kutanyakan waktu itu. Denim sobek memang mode kekinian, hingga beberapa desainer ternama membuatnya.  

Bejo itu perokok berat. Dia biasa menghabiskan tiga bungkus dalam sehari semalam. Bau badannya seperti pedagang tembakau. Aku tidak tahan kalau sehari penuh dengannya. Mungkin itu sebabnya dia belum mendapat jodoh.

Tempuran itu kecamatan tetangga yang hanya satu kilometer saja. Jadi tidak lama. lebih lama menunggu ojeknya. Sartung pet store. Di kecamatanku sebenarnya ada, tapi tidak lengkap. Di toko itu menjual beraneka ragam keperluan binatang. Kebanyakan burung ocehan. Hanya sedikit tentang kucing. Lebih sedikit lagi aksesori untuk anjing.

Nah, kali ini aku ingin coba cari di Sartung yang kudapat lewat aplikasi peta daring. Jaraknya cuma satu kilometer dari Pasar Kalangan ke arah kota Magelang. Jarak ke Pasar Kalangan dari Ngampeldento sekitar tiga kilometer.

Seberang BNI 46. Mudah ancar-ancarnya. Aku hapal kantor bank terbaru di kecamatan Tempuran ini.

Nah, itu dia. Sebuah toko dengan beberapa kandang kucing. Bejo tahu dari tulisan Sartung PS besar . Tulisan biru tua dengan beberapa gambar kucing di depannya. Tulisan yang sudah memudar dimakan hujan dan terik matahari.  Kalau dari foto di aplikasi Maps tulisan itu aslinya kuning.

"Beli apa, Pak?" sapa penjaganya. Berbaju kotak-kotak hijau bercelana biru. Selera yang bagus untuk seorang penjaga toko hewan kelas kecamatan. Ia tampak santai dengan gelas kaca antik masih mengepulkan asap dari cairan coklat. Tampaknya dia penggemar teh tubruk. Tidak terlihat ada tali teh celup di gelas itu. Ada warung angkringan di depan toko itu. Sekilas menyatu. Warung angkringan mediaoker dengan terpal biru tua.

"Beli mainan kucing!" jawabku mantap.

"Mainannya jenis apa?" Dia bertanya lebih dalam. "Ini ada bola, bulu, dan tikus-tikusan."

Aku terdiam, Terus terang aku belum memutuskan beli apa. 

"Bulu saja "jawabku sekenanya.

Dengan gembira kuulurkan tangan untuk menyambut kemoceng itu. Sebuah kemoceng warna-warni dengan sebuah tongkat panjangnya selengan orang dewasa. Aksen merah, kuning, putih. Semoga Comeng menyukainya.

Kuambil uang di saku baju. Kuulurkan selembar uang kertas. 

"Kebanyakan ini" penjaga toko itu tersenyum. Dia merogoh saku celana denimnya. Meraih uang recehan, lalu menyerahkannya kepadaku.

Sebuah kantong plastik kutenteng sambil menghampiri Bejo.

"Oh iya, ada pasir kucing?"

"Ada! Mau yang paket atau yang karung?"

Lihat selengkapnya