Tikus itu menjadi keseharian Comeng. Ada saja yang dibawanya. Setidaknya seminggu dapat lima tikus. Itu luar biasa. Aku hemat racun tikus dan juga mainan. Tampaknya tikus sudah menjadi menu utamanya.
Di rumahku, Comeng, kucing Himalaya Persia putihku, menjadi bagian penting dalam kehidupanku. Dengan bulu putih bersihnya yang menyerupai salju dan mata biru cerah yang memikat, dia lebih mirip makhluk anggun daripada sekadar pemburu. Namun, di balik penampilannya yang lembut, terdapat naluri berburu yang tajam dan insting predator yang mendalam. Setiap minggu, dia kembali ke rumah dengan “hasil buruan” yang mengesankan, dan aku tidak bisa tidak merasa bangga akan kemampuannya.
Suatu aku menemukan Comeng duduk dengan anggun di ambang pintu, ekornya melengkung dengan elegan. Di depan kakinya tergeletak seekor tikus kecil, lemah dan tak berdaya. Dalam sekejap, Comeng tampak seperti raja yang baru saja memenangkan pertarungan. Dia menunjukkan hasil kerjanya dengan bangga, seolah mengatakan, "Inilah buktinya bahwa aku adalah pemburu yang ulung."
Riset menunjukkan bahwa kucing domestik, seperti Comeng, memiliki kemampuan berburu yang luar biasa. Mereka adalah keturunan dari kucing liar yang secara alami dibekali dengan keterampilan berburu yang sangat efektif. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Animal Behavior, kucing memiliki lebih dari 30 juta sel penciuman, yang memungkinkan mereka untuk mendeteksi bau mangsa dengan sangat baik. Comeng, meski tampak lembut, menggunakan keahliannya itu untuk berburu di sekitarnya.
Tikus yang dibawanya pulang bukan hanya sekadar harta, tetapi juga menjadi simbol keberhasilannya. Kucing Himalaya, di sisi lain, dikenal memiliki sifat yang lembut dan santai, namun Comeng tampaknya memiliki semangat berburu yang lebih menonjol. Para peneliti menemukan bahwa kucing memiliki dorongan alami untuk berburu meskipun mereka sudah mendapatkan makanan dari pemiliknya. Insting ini sangat kuat, dan dapat terlihat dalam perilaku sehari-hari Comeng.
Setiap kali aku melihatnya berburu, aku terpesona oleh gerakan lincahnya. Comeng akan menyelinap dengan penuh perhatian, mengintai tikus yang bersembunyi, dan ketika momen yang tepat tiba, dia melompat dengan kecepatan yang mencengangkan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh ahli zoologi, kucing domestik mampu bergerak dengan kecepatan hingga 48 km/jam saat berburu. Comeng mungkin tidak mencapai kecepatan itu, tetapi ia menunjukkan ketangkasan yang luar biasa dalam setiap gerakan.
Setelah berburu, Comeng tidak langsung membunuh tikus itu. Sebaliknya, ia seringkali bermain-main terlebih dahulu, menjadikan tikus sebagai mainan yang patut disayang. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku ini bukan hanya permainan; ini adalah bagian dari proses belajar yang penting bagi kucing. Mereka belajar tentang teknik berburu yang lebih baik dengan berlatih dan berinteraksi dengan mangsa mereka.
Suatu hari, saat Comeng berlari-lari di sekitar rumah, aku menemukan dia sedang berusaha menangkap salah satu mainan tikus mini yang terbuat dari kain. Melihatnya melompat dan berputar dengan kecepatan tinggi, aku ingat sebuah studi yang menyatakan bahwa permainan seperti ini sangat penting untuk kesehatan mental kucing. Kucing membutuhkan stimulasi fisik dan mental, dan permainan adalah cara alami bagi mereka untuk melepaskan energi.