MATA MATA

Oleh: M Chafid Marzuki

Blurb

Pemuda desa, seorang anak petani yang berjuang keras melawan pemerintahan desanya yang korup, sistem yang tidak sehat, nepotisme dll. Pergerakannya selalu mendapat penolakan karena dianggap nyeleneh dan beda dari umumnya (dianggap tidak wajar) bahan tak sedikit yang menggap tidak waras dan celotehan negative dari mulut-mulut tetangganya, pun dukungan tidak dimiliki sedikitpun kecuali hanya dirinya sendiri, sekalipun dari keluarganya sendiri tidak mendukungnya, terlebih orangtuanya yang tidak sabar dan malu mendengar pernyataan tetangga dan orang-orang tentang anaknya yang dianggap tidak waras, pemuda itu cuek akan omongan orang lain, dan sekuat mungkin menjaga perasaan orangtuanya.

Strategi pemuda ini sangat bagus, dengan menggunakan kreatifitas yang dimiliki, menggabungkan unsur seni, budaya dan tak luput agama, mengkombinasikannya dengan pemetaan yang sangat baik, melihat persoalan sosial yang kompleks dan merusmuskannya, namun semua itu sia-sia, dia berasumsi dirinya gagal, karena selalu mendapat penolakan atas idenya.

Masalahpun semakin rumit, ketika orangtuanya menuntut banyak hal, yang mana disatu titik usaha yang diusung pemuda tersebut belum ada hasil, orangtua menuntut agar menikah, pun perkara percintaan muncul ditengah hiruk-pikuknya persoalan yang membelenggu pemuda ini. Menengok kebelakang riwayat pemuda ini yang selalu gagal dalam berpacaran, sehingga dia tidak memikirkan untuk berpacaran walaupun memiliki banyak teman perempuan, namun belum ada yang menarik dirinya, berasumsi karena belum nemu yang sefrekuensi dan yang mampu mendukung dan mengcover idealisnya.

Sampai pada satu titik terendah, dimana modal yang dimiliki pemuda ini habis-habisan sepeser uang tidak lagi memegang, bingun mencari modal lagi karena tidak memiliki agunan, bingung harus cari kemana, teman pun sudah tidak ada, usaha yang didirikannya tidak membuahkan hasil, belum lagi kontroversi sosial dirinya di Desanya, ditambah urusan percintaan yang selalu gagal, urusan hati yang kian terobrak-abrik.

Sampai akhirnya bertemulah dengan pandemi. Pemuda ini dirumah saja, menaati prokes, sembari memngumpulkan ide dengan banyak membaca buku yang ada, untuk amunisi langkah selanjutnya.

Lihat selengkapnya