Mata Seribu Ular

Saepul Kamilah
Chapter #3

Dilema

“Kelahiran sage baru ….”

“Mi. Kenapa?”

“Aku masih kepikiran obrolan sama kepala sekolah tadi, soal sage baru di benua ….” Kurubah posisi tidurku menghadap Doll. “Surat dari Salsabila kemarin bukan cuma isapan jempol atau berita hoaks, sepertinya.”

“Terus. Mi, apa, mau?”

“Entahlah, Sayang. Aku belum tahu ….”

Selain kabar soal sage masa ini, Profesor Rafhael juga memberiku kisi-kisi menyebalkan buat bahan mata pelajaran di semester depan. Katanya, sebelum aku bisa merapal sihir tingkat tiga atau mantra tiga cincin Stellar takkan membiarkanku membuat kontrak belajar.

Yang jadi masalah pria klimis berkumis lancip itu juga bilang bila sihirnya harus kucari dan temukan sendiri serta jangan sampai menggunakan mantra dari Saintess, benar-benar bikin kepala sakit.

“Apa maksud Anda aku tidak boleh memakai mantra glorian, Kepala Sekolah?”

“Ya, tidak boleh pakai mantra glorian. Engkau tahu moto sekolah kita, ‘kan?”

“Kalau seperti itu caranya aku harus apa, Anda tahu sendiri hampir semua rapalan di benua adalah glorian, jadi bagaimana mungkin diriku bisa pakai mantra lain?”

Sebetulnya aku masih bisa menggunakan mantra naga. 

Akan tetapi, hal itu sangat berbahaya karena memakai essen secara langsung. Terus bakal tambah runyam juga, sebab Stellar pasti mengintrogasiku untuk menuliskan rahasianya.

“Dikau tahu pendiri kita pada mulanya merupakan seorang tamer, ‘kan?”

“Ya. Lalu?”

“Mantra sihir beliau adalah milik monster jinakannya, Siswa Ure. Jika dirimu menjadi seorang tamer, pada derajat tertentu engkau pun akan bisa mempelajari sihir mereka.”

Hem. Aku tahu. Hanya saja masalahnya diriku kudu melatih monster itu sampai ke level di mana kami bisa berkomunikasi dengan bahasa, atau sekurang-kurangnya bertelepati. 

Juga, harus kupastikan kalau dia adalah jenis yang bisa memakai sihir.

“Anda tidak sedang menggodaku, ‘kan?”

“Aku paham bila ini terdengar merepotkan. Toh, dirimu memang harus mempelajari skil penjinak dari nol dan memulai latihan kembali ke dasar. Namun, diriku sangat yakin serta berani menjamin jika suatu saat engkau akan jadi—tidak, bahkan melampaui seorang archmage.”

“Kenapa Anda seyakin itu?”

“Semua siswa Stellar menjalani fase ini, itulah kenapa mata pelajaran teori selalu disusun sepaket bersama praktiknya di sekolah kita.”

“Secara tidak langsung Anda mau bilang jika diriku sudah merusak struktur pelatihan ideal Stellar dengan mengambil semua mata kuliah teori di dua semester awal, begitu?”

“Tadinya, ya.” Kepala Sekolah menjuling singkat. “Cuma, potensimu membuatku bisa memaklumi hal itu.”

Kutopang daguku sambil memperhatikan Profesor Rafhael.

“Ada saran dari mana aku harus mulai, Kepala Sekolah?”

“Kalaulah benar hemat pria tua ini masih cukup berharga untuk dikau dengarkan ….” Ia tersenyum sinis. “Kusarankan agar engkau pergi mencari monster jinak di pasar gelap, beli yang tidak biasa sekalian karena itu akan menentukan kualitas sihir dirimu di masa depan.”

Lihat selengkapnya