Mata Seribu Ular

Saepul Kamilah
Chapter #4

Pasar Gelap Tebun

Akhirnya ….

“Kita sampai, Sayang.” Kubuka pintu kereta lekas turun. “Sebentar, sebelum lanjut aku punya penawaran buatmu, Doll.”

“Apa?”

“Mau kubelikan makanan sebanyak yang kau mau hari ini, tapi jangan ikut aku ke dalam sana. Atau—”

“Daging, ‘kan?” selanya antusias.

Membuat ujung bibir kananku spontan terangkat. “Ya, tapi toko daging dua blok dari sini. Kau enggak apa-apa jalan sendiri ke sana, Sayang?”

“Daging, asal. Apa-apa, enggak. Dol, ikut, gak.”

“Hem.” Aku tahu bagaimana istriku. “Baiklah ….”

Kuambil lima ratus platinum kemudian memberikannya kepada Doll. 

Setelah itu kami berpencar. Ia memacu kereta buat belanja makanan, hendak beli daging macam apa yang baru saja dirinya bilang, sedang diriku melenggang ke gang sepi untuk menemukan jalan atau pintu masuk menuju area pasar gelap sesuai petunjuk dari Profesor Rafhael kemarin.

Lokasinya dekat alun-alun, di antara kompleks perumahan elit sama salah satu jembatan sungai Sundraxe, tepat di gang pertama setelah belok kiri dari ujung jembatan tersebut. 

Tok! Tok! Tok!

“Aw, di luar sana terang sekali.”

“Ini masih siang, tetapi langit selalu akan gelap ketika dia terbenam, bukan?” kataku, membalas sandi dari sang penjaga di balik pintu masuk.

Kreak! Dan, itu bekerja. “Apa kau orang baru? Aku baru pertama kali ini melihatmu ….”

Pintu masuk sama suasana Pasar Gelap Tebun gak jauh beda dengan pasar-pasar gelap lain di Barat, hanya area bawah tanah yang penuh sama topeng dan jubah-jubah gelap buat menyembunyikan identitas. 

Di sini, tentu saja, mantel menara sihir biruku akan menjadi sangat mencolok.

“Kenapa, apa kalian juga baru pertama kali ini melihat penyihir datang kemari?” 

“Tidak sama sekali, Bocah. Aku cuma baru pertama kali melihat ada orang seberani dirimu, datang kemari tanpa memakai topeng dan—”

“Simpan ocehanmu ….” Kukeluarkan sekeping emas. “Ambil ini, terus kawal dan tutupi diriku sampai kita menemukan toko mantel. Aku tadi keluar buru-buru dari rumah, belum sempat membuat persiapan.”

“Ada delapan mulut di si—”

“Tujuh keping lagi setelah aku masuk ke toko buat beli mantel sama topeng baru ….”

Aturan tempat ini sederhana. 

Lihat selengkapnya