“Silakan datang lagi ….”
Pada akhirnya, aku hanya melihat-lihat saja di Tekoban.
Setelah lama bolak-balik membaca lalu menanyakan keterangan benda sihir dan semua artefak ‘terbaik’ di Distrik 708, benda yang kubeli dari toko senjata dengan barang-barang keperluan kanal tersebut cuma sebilah pedang besar mirip golok.
“Kau tidak salah beli senjata, pisau besar di sana sama sekali tidak cocok dengan penampilanmu ….”
Bahkan, tawa orang-orang yang cuma lewat barusan pun seakan memvalidasi bahwa diriku memang salah pilih barang. Seperti omongan pramuniaga Tekoban di dalam tadi ….
“Pelanggan, Anda serius?” Sehabis diriku tidak lagi punya pilihan selain mengambil pisau dengan banderol paling ramah buat kantong ini. “Senjata itu kelihatan tidak cocok dengan … bukankah Anda adalah seorang penyihir, ya?”
Benar, sih. Tongkat dan jubahku sudah menjelaskan bila diriku adalah seorang penyihir tulen.
Hanya saja, ketimbang malu gegara keluar dengan tangan hampa usai sempat jumawa menunjukkan dua mutiara burung api ganda dan melihat-lihat terus kadung banyak tanya soal benda-benda koleksi mereka kurasa membeli satu barang paling irit setidaknya akan sedikit menyelamatkan mukaku.
“Tidak, aku ambil yang ini saja.”
“Pelanggan ….” Si pramuniaga mendekat lantas berbisik. “Kalau Anda memilih karena pisau ini merupakan koleksi kami yang paling murah, sebetulnya Tekoban juga menerima surat pembayaran berjangka ata—”
“Ehem.” Meski dia berhasil menebak alasanku, aku tidak ingin mengakuinya. “Pisau besar ini kubeli buat jadi hadiah untuk temanku yang baru menjadi Hunter di akademi,” timpalku sebagai alibi.
Alibi yang tentu saja takkan semudah itu dipercaya. “Be-benarkah?”
“Huh. Kalau kalian memang tidak ingin menjualnya, gak apa-apa.” Aku langsung ganti siasat dengan pura-pura tersinggung dan balik badan. “Lebih baik kucari toko la—”
“Eh, Pelanggan-pelanggan! T-tolong jangan tergesa-gesa begitu, bukan maksud saya meragukan Anda ….”
Akting yang selalu manjur ketika menawar barang dan menghadapi penjual rewel meski kemampuan kita dalam berbohong sangat payah, hehe.
Namun, apa yang harus kulakukan dengan benda seharga dua ribu neodin ini?
***
[… status pembaruan tower kanal: 99.98%]
[… 99.99%]
[… 100%]
Ting! Chloe memberiku selamat atas rampungnya pembaruan di seluruh jaringan menara. Tepat ketika sepatuku telah selesai kuikat ….
“Apa Anda akan—”
“Kembali ke vas-mu,” selaku yang lantas menarik guci tempat tubuh abu Sandra bersemayam, “kita akan menjelajah kanal asing lagi.”
“Ah, baik!” Semringah, si hantu gurun secepat kilat masuk ke dalam ‘rumahnya’ yang kemudian kukaitkan di pinggang sebelah kiri dekat Kantong Hati Naga.