Mata Seribu Ular

Saepul Kamilah
Chapter #23

Bulan Madu

“Ayang ….”

Aku menoleh lalu mengangkat dagu merespons panggilan istriku, hum?

“Ihh, Ayang. Minta uang.”

Sontak aku mendelik, meski Monika merangkul, memeluk, dan menciumiku dari belakang. Kepalaku juga cenderung membuat jarak serta menjauhi wajahnya ….

“Ih, Ayang!” Mon melotot. “Kenapa jauh-jauh. Orang tuh harusnya senang punya istri cantik-putih-mesra-pengertian-baik hati kayak aku ….”

Diriku cuma melirik dan terdiam dengan tingkah dia yang kini adalah istriku.

“Malam ini kukasih lagi, deh,” ucapnya tanpa sungkan, “tapi minta uang dulu, ya?”

Menanggapi dirinya, aku pun bangkit dan berjalan ke pintu.

“Eh, mau ke mana?”

“Mau ke Puing Lalika,” kataku sembari menoleh sekilas, “ma—”

“Ikuuut ….”

Tiga bulan sudah sejak malam pengantin pertamaku dan Monika di Glassaria Pallace, tiga bulan pula kami menjadi suami istri yang memulai hubungan tanpa cinta. Maksudku, pada awalnya.

Ia terang-terangan menginginkan—ah, kalian tau sendiri.

Sekali lagi, pada awalnya. Diriku memanfaatkan situasi buat memenuhi ‘keperluan’ pribadi, sehingga pada dasarnya hubungan kami ini merupakan sebuah transaksi antara dua individu.

Sampai-sampai, diriku tidak sadar bila perasaanku terhadapnya ternyata telah tumbuh. 

Sialan memang. Ketika Monika mulai dan semakin ‘nakal’ serta ‘agresif’ setiap hari, di situlah diriku yang semula enggan merajut cinta malah lengah sehingga terperosok kepada dirinya.

“Ayang, kita pake aku-kamu, yuk.”

“Maksudnya?”

“Kemarin aku lihat orang-orang dari Kanal Delapan Satu di bank tempatku kerja.”

“Terus?”

“Mereka menunjuk masing-masing pakai aku-kamu, dan kedengarannya lucu ….” Monika mengatakan hal itu dengan mata berbinar. “Kita juga pakai aku-kamu, yuk?”

“Hah ….” Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana selain menggeleng dan menghela napas dengar ajakan barusan, tetapi aku-kamu memang lucu. “Baiklah.”

“Ye! Sini—muah.” Monika menarik tangan kanan dan mencium pipiku. “Mulai sekarang di antara kita gak boleh ada saya-Anda sama kata kau, ya, Ayang?”

Hingga hari ini. 

Semakin sulit buatku menolak maunya yang selalu positif ….

*** 

“Ayang.”

Lihat selengkapnya