Mata Seribu Ular

Saepul Kamilah
Chapter #25

Daftar Pencarian

Segera setelah memborong mutiara dan permata-permata di Tekoban, kuminta Chloe buat memberikan mereka tubuh boneka sama seperti Phoenik dan Jatayu. Gak lupa, kuminta juga pengelola menaraku itu agar mengatur peringkatnya berdasarkan radiasi mana masing-masing.

Karena pada dasarnya kristal-kristal tersebut merupakan inti penggerak sekaligus kesadaran monster yang belum dimurnikan, aku mau mereka jadi monster domestik di lantai checkpoint menara Tanah Merah.

Ada sekitar enam ribu sekian ratus permata, dan semuanya kutebar di menara.

“Kamu lagi apa, Ayang?”

Aku menoleh, tersenyum, kemudian balik fokus.

“Dih, cuma senyum doang.”

“Aku lagi meriksa status tower Tanah Merah, Mon—”

“Sayang!” selanya yang langsung memeluk dan menggunakan bobot tubuhnya buat mendekapku. “Kamu mah manggil aku Mon terus. Udah tiga bulan, loh, kita nikah. Masa gak mau panggil aku, ‘sayang.’”

Aku menengadah padanya lantas, Cup! Mon mengecup puncak bibirku singkat.

“Bukannya udah, ya?”

“Kapan?”

“Kemarin, pas kita jalan-jalan, malah aku lebih banyak manggil kamu sayang ketimbang Mon, ‘kan?”

“Gak mauuu!” rajuk Monika, ia menempelkan pipi kami. “Maunya sayang terus ….”

Aku tersenyum, mengusap pipinya, kemudian lanjut pada kegiatan sama layar transparan di depan kami.

Usai melihat langsung bagaimana keadaan Puing Lalika, aku memutuskan untuk tidak lagi datang ke sana. Paling tidak sampai Operasi Pemutihan Peta Aliansi rampung beberapa tahun kemudian ….

“Ayaaang …, lihat, aku dapat ikan besar!”

Selama waktu tersebut, diriku dan Monika lanjut menjalani hari sebagai pasangan suami istri biasa. Aku membuka lahan, beternak, membuat kerajinan, menempa logam, bahkan berdagang dengan orang-orang di Tanah Merah sama kanal-kanal tetangga.

Sementara istriku, memenuhi kewajiban sebagai ibu rumah tangga serta selalu membantuku setiap ada kesempatan. Dia wanita hebat, diriku tidak bisa bilang apa-apa selain aku bersyukur kami dapat bersama.

Selain kehidupan normal, kegiatan bawah tanahku pun tetap berlanjut. Diriku masih mencari lokasi kanal yang memiliki atau dirumorkan pernah punya naga ….

[Satu kanal tersisa dalam daftar terlarang.]

Meskipun hasilnya belum memuaskan.

[Selesai menyalin data resonansi, portal berhasil dibuat.]

[Apa Host ingin membuka portal penghubung?]

“Ya, Chloe. Kita datangi kanal itu hari ini ….”

*** 

“Hallo ….”

“Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”

“Aku pedagang dari Tanah Merah, ini kali pertamaku berkunjung kemari ….”

Dekade pertamaku sebagai anggota Puing Lalika. Aku tidak pernah mengalami kendala dalam bahasa ke mana saja diriku pergi selama masih dalam lingkup peta aliansi.

Lihat selengkapnya