Untuk menghabiskan waktu yang masih tersisa, aku curhat pada Bimo, dan aku tuliskan didalam sebuah buku diary yang selalu aku bawa. Setiap apa yang aku hadapi, dan aku alami, selalu aku tuliskan dalam buku itu. Biasanya setelah aku tumpahkan dalam buku itu, hatiku terasa sangat lega,
"Mas, hari ini merupakan hari ketiga aku bekerja, disebuah perusahaan Majalah Fashion, aku sangat senang, aku banyak memiliki sahabat yang baik, dan penuh perhatian denganku. Yang lebih membuat aku bahagia, ilmu yang mas terapkan padaku, sangat bermanfaat. Pekerjaaanku sangat diapresiasi perusahaan, dan apa yang menjadi passion-ku, sangat berguna bagi karir aku"
"Mas, atasanku seorang lelaki, dia duda karena cerai dengan isterinya. Sepertinya dia punya perhatian denganku, sementara ini aku anggap perhatiannya sebatas hubungan pekerjaan, aku belum berani su'udzon sama dia. Aku biasa memanggil dia mas Ovan, orangnya baik kok, hati aku sampai saat ini, belum bisa menerima pengganti mas Bimo, entahlah, aku selalu merasa kalau mas Bimo terus mengawasiku"
Aku sudah mulai berpikir keras untuk membangun potensi yang aku miliki, aku pikir, aku harus aktif di media sosial untuk menjaring banyak follower. Mungkin aku harus memulai dari membuka akun IG atau Twitter. Dari media sosial ini, aku bisa memposting berbagai rancanganku, juga artikel yang mengulas tentang fashion.
Pekerjaan yang aku tekuni saat ini, hanyalah batu loncatan untuk mendapatkan peluang yang lebih baik. Perkembangan tehnologi saat ini, sangat memungkinkan bagi aku untuk mengembangkan usaha mandiri. Siapa tahu aku bisa menjadi selebgram, yang memiliki banyak follower, dengan begitu akan lebih mudah bagiku untuk memasarkan produk yang aku miliki sendiri.
Tanpa terasa jam kerjaku sudah selesai, belum ada briefing dari mas Ovan untuk penerbitan minggu depan. Saat aku lagi berkemas pulang, Ingrid rekan sekerjaku mengajak pulang bareng. Kami berdua sekadar window shopping ke mall terdekat dengan kantor, kebetulan kami berdua sama-sama suka mengamati fashion.
"Aini, kita window shopping yuk, aku mau lihat rancangan terbaru dari yang lagi trend sekarang ini"
"Kemana kita? Oh ya, sekalian kita cari kuliner yang enak ya"
"Kita ke mall yang dekat sini aja, Plaza Indonesia ok gak?
" kuylah, aku mah ikut kamu aja deh"
Aku dan Ingrid cukup jalan kaki melintasi trotoar Jakarta, karena jarak PI dengan kantor kami memang tidak terlalu jauh. Sepanjang jalan aku cerita dengan Ingrid, soal pengalamanku melintasi trotoar saat masih belum bisa melihat. Aku ceritakan tentang awal perkenalanku sama Bimo, dan Ingrid tertawa terbahak-bahak mendengar ceritaku,