Akibat dari imbauan pemerintah agar bekerja dirumah aja, dalam rangka physical distancing, maka kantor di liburkan. Aku tidak mempermasalahkan adanya kebijakan tersebut, karena tujuannya memang baik, agar penyebaran virus corona bisa dibatasi. Selama bekerja dirumah, aku sempat ngobrol dengan ayahku.
Kami berbicara banyak hal, baik soal pekerjaanku dikantor, juga persoalan interaksi sosial setelah aku bisa melihat. Ayahku juga sempat menanyakan soal ada tidaknya keinginanku, untuk mencari penggati Bimo, namun aku bilang belum ada keinginan untuk saat sekarang ini, karena sudah banyak aktivitas yang cukup menyibukkanku.
"Aku seharusnya sudah shooting iklan yah, aku lolos casting sebagai bintang iklan, tapi karena ada imbauan pemerintah, agar bekerja dirumah saja, akhirnya shooting dibatalkan"
"Kamu senang dengan aktivitas seperti itu? Kamu belum tertarik mencari pengganti Bimo?
"Belum yah, kesibukan aku sekarang lumayan banyak, aku fokus karir dulu yah, sampai aku sudah bisa punya usaha sendiri"
"Lakukan saja apa yang membuat kamu senang dan bahagia ya, yang penting apapun yang kamu lakukan bermanfaat bagi orang banyak"
Selama bekerja dirumah, aku menghabiskan waktu untuk membuat masker, yang akan aku bagi-bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kebetulan dirumah ada mesin jahit peninggalan ibuku, dengan bermodalkan mesin jahit, dan membeli bahan untuk pembuatan masker, maka dalam satu hari aku bisa menghasilkan seratus masker.
Itulah cara aku membantu meringankan kebutuhan masyarakat disekitar rumahku. Dulu ibu aku selalu mengajarkan, bagaimana harus peduli terhadap keadaan sosial masyarakat disekitar rumah, bahkan ibu tidak bisa makan kalau masih ada tetangganya yang kelaparan.
Bimo juga semasa hidupnya, memiliki kepekaan sosial yang luar biasa, dia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk mendirikan lembaga pendidikan bagi anak-anak penghapal Al Qur'an, di desa kelahirannya. Aku tidaklah sehebat ibuku dan mas Bimo, tapi aku mencoba untuk meneladani sikap yang mereka wariskan.
Aku membuat masker itu disela-sela aku mengerjakan pekerjaan kantor dirumah, dan sama sekali tidak membebaniku, aku mengerjakannya dengan tulus dan ikhlas, semata ingin meringankan beban sesama. Dalam kondisi seperti sekarang ini, cuma itu caranya meringankan beban pemerintah.
Aku berusaha menyalakan pelita, aku tidak ingin cuma mengutuk kegelapan. Kalau cuma mengutuk pemerintah, tidak akan menyelesaikan masalah, dengan menyalakan pelita, minimal kita bisa menerangi kegelapan, dan kita sendiri pun tidak ikut merasakan kegelapan.
Itu salah satu cara aku mensyukuri nikmat Tuhan, yang tidak pernah habis aku terima. Sementara orang lain belum tentu bisa mudah untuk menjadi bintang iklan, tapi aku dengan sangat mudah bisa mendapatkannya. Banyak orang yang buta, yang nasibnya tidak semujur aku, sementara aku dengan mudah bisa melihat dunia, hanya atas kebaikan Bimo.