Mata untuk Aini

Aji Najiullah Thaib
Chapter #17

Pembayaran Tertunda

Ini semua diluar dugaanku, hidup memang tidak mungkin tanpa masalah, tapi bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikan masalah, itu adalah hal yang paling penting, salah menyikapinya maka akan mendatangkan masalah baru.

Dari beberapa relasi aku yang memberikan pesanan pembuatan masker, tidak semuanya memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya dengan baik. Ada yang tidak memenuhi kewajibannya, sehingga pelunasan pembayarannya masih tertunda. Untungnya kewajibanku terhadap tetangga yang ikut membantu, sudah aku lunasi terlebih dahulu.

Aku berusaha untuk ikhlas terhadap orang-orang yang tidak memenuhi nkewajibannya, prinsipku kalau memang itu bagian dari rezekiku, maka mereka tetap akan memenuhi kewajibannya, meskipun mungkin pembayarannya agak terlambat.

Bagaimana pun aku tetap bersyukur, karena dari beberapa yang memenuhi kewajibannya, hasilnya bisa aku gunakan untuk memutar usaha, dan berbagi dengan tetangga di sekitar rumahku. Itulah nikmat Tuhan yang harus selalu aku syukuri.

Aku tidak ingin terlalu terbebani dengan persoalan seperti itu, karena yang aku yakini, tidak ada satu masalah pun yang kita hadapi di muka bumi ini, tanpa sepengetahuan Tuhan, seperti yang dikatakan ayahku untuk menyikapinya hal itu,

"Aini, apa yang kamu terima, itu adalah tezeki kamu, yang belum kamu terima memang belum menjadi rezeki kamu, kewajiban kamu hanya bersabar menunggu ketentuan-Nya"

"Iya ayah, Bimo juga pernah mengatakan seperti itu, makanya aku mengikhlaskannya agar bisa menjadi amal"

"Syukurlah kalau kamu sudah menyikapinya seperti itu, supaya tidak jadi beban pikiran"

Dengan menyikapinya seperti itu ternyata memang sangat meringankan, dan memang Tuhan menggantikannya dengan yang lain. Sebelum shooting dilaksanakan, PH iklan sudah men-transfer pembayaran dimuka sebesar 50 persen, subhanallah, ternyata Tuhan benar-benar Maha Melihat.

Penyair Sufi, Jalaluddin Rumi pernah mengatakan,

Lihat selengkapnya