Mata untuk Aini

Aji Najiullah Thaib
Chapter #19

Meraih Populeritas

Setelah iklan pertamaku ditayangkan di TV, teman-teman di kantor memuji akting dan kecanrikan aku di iklan tersebut, mereka menebak kalau aku tidak lama lagi akan resign dari perusahaan tempat aku bekerja. Namun menjelaskan pada mereka, kalau naiknya pamor aku sebagai bintang iklan, tidak akan mengubah sikapku.

Memang sejak iklan pertamaku sukses, banyak sekali tawaran untuk shooting iklan, bahkan tawaran untuk shooting film pun juga berdatangan. Aku tidak terlalu silau dengan itu semua, prinsip utamaku tetap konsisten, bagaimana caranya aku harus tetap bisa mengabdikan keahlianku untuk kepentingan bersama, orientasinya tidak semata-mata materi dan populeritas.

Sesuai dengan target aku semula, sedapat mungkin aku harus bisa mandiri, dengan usaha yang aku jalankan dari rumah. Aku tidak tega meninggalkan ayahku sendiri di rumah, sementara aku banyak menghabiskan waktu diluar. Mas Ovan pun mulai merasa takut kehilangan aku, dia sempat mengemukakan hal itu saat kami ngobrol diruangannya,

"Aini, cepat atau lambat saya yakin suatu saat kamu akan meninggalkan kantor ini, sebagai redaktur pelaksana, saya akan sangat kehilangan kamu" ujar mas Ivan

"Aku menjalankan ini semua sesuai kehendak Allah aja mas, aku gak berani mendahului kehendak-Nya, karena apa pun yang di kehendakinya, itulah yang terbaik" aku cuma bisa menjawab itu pada mas Ovan. JawabĂ n itu dianggapnya sangat didplomatis.

Aku tetap berusaha profesional, semua tugas dan kewajibanku di kantor aku laksanakan sebaik munghkin, meskipun mereka menganggap aku sudah semakin populer. Bagiku populeritas itu bukanlah segala-galanya.

Aku harus berterima kasih kepada perusahaan yang sudah memberikan kesempatan banyak kepadaku. Oh ya dalam kondisi pandemi saat ini, kami di kantor tetap disiplin dengan protokol kesehatan, tetap menjaga jarak dan kontak fisik antara satu dengan yang lainnya.

Memang tidak seluruh karyawan masuk kerja, ada sebagian yang tetap bekerja dari rumah, sehingga di kantor pun tidak terlalu ramai. Kebetulan Ingrid teman akrabku masuk kerja, sehingga kami banyak ngobrol tentang situasi selama shooting.

***

Lihat selengkapnya