Aku tidak berpikir kalau mas Ganden jemput aku di kantor, karena dia sudah punya rencana tertentu. Mas Ganden ternyata memang gitu, selalu ingin memberikan kejutan padaku. Pas selesai jam kerja kantor, mas Ganden telpon aku, agar aku standby di lobby kantor.
Setelah aku sampai di lobby kantor, aku kasih kabar kalau aku sudah di lobby. Gak lama setelah itu mobil mas Ganden sudah sampai di lobby, aku pun naik. Keluar dari area gedung kantor, dia mengajak aku ke sebuah mall,
"Kita mau apa di mall mas? Kan masih dibatasi untuk masuk ke mall" aku bilang gitu sama mas Ganden
"Yang penting alasan kita tepat, dan tetap mematuhi protokol kesehatan, kamu tenang aja" kata mas Ganden lagi.
Akhirnya aku ikuti saja semua rencana mas Ganden, meskipun masih penuh tanda tanya, mas Ganden sangat tenang, dia gak tahu kalau aku penasaran dengan rencananya.
Sampai di sebuah mall, mobil mas Ganden langsung menuju parkiran. Setelah dapat parkir, kami siap-siap turun, mas Ganden memastikan terlebih dahulu aku dan dia memakai masker dan face shield, kami menuju pintu masuk dan dilakukan pemeriksaan.
Kami menggunakan sanitizer di depan sekuriti, sebelum dilakukan pemeriksaan. Begitu kami diizinkan untuk masuk, mas Ganden menanyakan sesuatu secara berbisik ke sekuriti, dan sekuriti memberikan petunjuk kepada mas Ganden,
"Okey pak, terima masih ya" mas Ganden cuma bilang itu sama sekuriti. Kami menaiki eskalator menuju lantai II, setelah itu mas Ganden menarik tangan aku masuk ke sebuah toko Jewelry, yang cukup mewah, aku masih belum tahu mas Ganden mau ngapain. Setelah mas minta dipilihkan cincin kawin yang bagus, kepada pegawai toko,
"Tolong pilihkan beberapa alternatif cincin kawin yang bagus" aku baru 'ngeh' kalau mas Ganden mau menyiapkan cincin kawin buat kami, aku cuma diam saja, belum memberikan reaksi apa-apa, sebelum jelas cincin itu untuk siapa.
"Menurut kamu yang bagus yang mana Aini, kali aja selera kita sama" kata mas Ganden
Aku menunjuk sepasang cincin kawin, yang bahannya dari mas putih, dan ada berliannya, ternyata pilihan Aku sama dengan mas Ganden, dia senang sekali,
"Akur Aini, mas juga pilih yang itu" ujar mas Ganden.
Kami mencoba memakaikan cincin itu di jari manis kami masing-masing, ternayata memang pas. Aku bertanya pada mas Ganden, untuk memastikannya,