Mata untuk Aini

Aji Najiullah Thaib
Chapter #27

Pernikahan

Pernikahan

Hari ini merupakan puncak dari perjalanan hidup aku. Aku tidak pernah tahu kalau lelaki yang aku kenal saat shooting iklan waktu itu, adalah calon suami dan jodoh pemberian Tuhan, karena memang tidak ada yang spesial dari perkenalan tersebut, aku baru mengaguminya setelah dia menjadi imam sholatku, saat kami sholat berjamaah.

Acara akad nikah yang dilaksanakan secara sederhana, dengan menghadirkan tamu sekitar 20 orang. Aku dan mas Ganden memang sudah tidak berpikir, bagaimana pernikahan ini dilaksanakan, bagi aku yang terpenting, seperti apa penerimaanku terhadap Calon Imamku, seperti yang dikatakan Rumi dalam sebuah syairnya

"Siang dan malam engkau senantiasa berperang, berupaya mengubah akhlak dari lawan-jenismu, untuk membersihkan ketidaksucian mereka dan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka. Lebih baik mensucikan dirimu sendiri melalui mereka daripada mencoba mensucikan mereka melalui dirimu sendiri. Ubahlah dirimu sendiri melalui mereka. Temuilah mereka dan terimalah apa saja yang mereka katakan, walaupun dari sudut pandangmu ucapan mereka itu terdengar aneh dan tidak adil"~ Jalaluddin Rumi

Aku harus siap lahir mau pun batin, menerima kelebihan dan kekurangan calon imamku, keikhlasan itu akan melapangkan hatiku. Ini memang tidak mudah, tapi juga tidak sulitnya, kuncinya ada di penerimaan di hati.

Sebelum acara akad nikah dimulai, aku tidak dipertemukan dengan mas Ganden, dan aku benar-benar tidak melihat wujudnya yang berewokan itu, menggunakan pakaian semi adat untuk acara akad nikah. Dalam suasana itu, semua yang hadir tetap mematuhi protokol kesehatan, tidak terkeculai kedua mempelai.

Aku dan mas Ganden juga yang terkait dengan prosesi Akad Nikah, memakai face shield, tanpa masker. Yang lainnya diwajibkan memakai masker. Aku sudah begitu gelisah menunggu prosesi akad nikah, sementara mas Ganden saat itu sudah datang dengan keluarganya.

Setelah penghulu datang, dan semua yang di butuhkan untuk acara akad nikah dianggap sudah terpenuhi, barulah aku dipanggil keluar dari kamar. Alangkah kagetmya aku melihat penampilan mas Ganden yang berubah total, dia begitu klimis, rambutnya di cukur pendek, dan brewok dan kumisnya pun dicukur bersih.

Aku benar-benar melihat sosok Bimo dalam diri mas Ganden, dia sangat persis dengan Bimo setelah lebih klimis. Namun segera aku tepis semua bayangan itu, karena yang aku hadapi adalah mas Ganden, bukan Bimo. Aku tidak boleh saat ijab kabul membayangkan sosok Bimo dalam diri mas Ganden.

Mas Ganden hanya tersenyum menyaksikan reaksi aku saat itu, dia membisikkan sesuatu di telingaku,

"Gimana? Pantas gak mas jadi lelaki pujaanmu? Aku cuma menganggukkan kepala menjawab bisikan mas Ganden. Dia sepertinya terseyum puas

Penghulu sudah memulai acara prosesi akad nikah, mas Ganden ditanyakan soal kesiapannya,

"Mas Ganden, sudah bisa kita mulai acaranya? Tanya penghulunya

" Siap pak" jawab mas Ganden.

Lihat selengkapnya