Andara Natasha, atau yang akrab disapa Dara, adalah seorang perempuan cantik yang bekerja sebagai guru. Ia dikenal sebagai sosok yang penuh dedikasi, tak hanya di sekolah tempatnya mengajar, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupannya. Namun, belakangan ini, ia harus berhadapan dengan salah satu tantangan terbesar dalam hidupnya: mempersiapkan pernikahannya dengan Antonius Herlambang, atau yang biasa dipanggil Anton.
Andara Natasha, atau yang akrab disapa Dara, adalah seorang perempuan cantik yang bekerja sebagai guru. Ia dikenal sebagai sosok yang penuh dedikasi, tak hanya di sekolah tempatnya mengajar, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupannya. Namun, belakangan ini, ia harus berhadapan dengan salah satu tantangan terbesar dalam hidupnya: mempersiapkan pernikahannya dengan Antonius Herlambang, atau yang biasa dipanggil Anton.
Setiap hari, Dara disibukkan dengan berbagai persiapan pernikahan. Ia bertemu dengan vendor dekorasi, katering, gaun pengantin, hingga undangan. Semuanya ia kerjakan dengan penuh semangat dan ketelitian, berharap momen bahagianya akan sempurna. Namun, ada satu hal yang membuat hatinya gundah gulana: ketidakpedulian Anton.
Anton adalah seorang eksekutif di sebuah perusahaan besar. Kesibukannya di kantor sering kali membuatnya abai terhadap persiapan pernikahan. Setiap kali Dara mengajaknya berdiskusi tentang detail pernikahan, Anton selalu punya alasan untuk menghindar. Ia lebih memilih fokus pada pekerjaannya yang seakan tak ada habisnya. Dara merasa dirinya tidak dianggap, padahal pernikahan ini seharusnya menjadi momen istimewa bagi keduanya.
Malam itu, saat Dara sedang memeriksa daftar tamu undangan di ruang tamu, Anton pulang larut malam. Wajahnya tampak lelah, namun Dara tak bisa lagi menahan kegundahan di hatinya.
"Anton, kita perlu bicara," ujar Dara dengan suara gemetar.
Anton hanya mengangguk dan duduk di sofa. Ia menatap Dara dengan tatapan kosong, seolah pikirannya masih melayang di kantor.
"Aku merasa kamu tidak peduli dengan pernikahan kita," lanjut Dara. "Aku yang mengurus semuanya sendiri. Aku butuh kamu, Anton."
Anton menghela napas panjang. "Dara, aku sibuk dengan pekerjaan. Kita butuh uang untuk membiayai pernikahan ini, kan?"
"Tapi aku butuh kamu lebih dari itu. Aku butuh dukunganmu, kehadiranmu," Dara menahan air matanya yang mulai menggenang, "pernikahan kita sebentar lagi loh."