Matchalatte

Erlita Budiarti
Chapter #2

1. Madrasah



Apa yang terlintas di kepala saat mendengar kata putih abu-abu?

Mungkin masa sekolah yang penuh kenangan—menyenangkan, mengharukan, menyakitkan, sekaligus menggila dalam satu waktu. Di koridor panjang sekolah, langkah-langkah kaki para siswa baru terdengar riuh. Mereka berlarian menuju lapangan, terburu-buru, seolah takut terlambat pada hari pertama.


Sulit rasanya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi selama masa itu. Di sekolah yang menjunjung nilai agama, pagi dimulai dengan salat duha di masjid dan tilawah bersama. Suasana khidmat itu menjadi rutinitas wajib, meski sebagian siswa lebih suka melamun daripada benar-benar membaca.

Di salah satu sudut masjid, ada seorang gadis yang lebih memilih menyendiri. Namanya Dayra—wakil OSIS yang terkenal jutek dan masa bodoh. Banyak yang bilang dia galak, tapi Dayra tidak peduli. “Gak peduli gue pokoknya," kata andalannya.

Meskipun dikenal dingin, Dayra sebenarnya siswa berprestasi. Ia aktif sebagai bendahara paskibra, penanggung jawab rohis, hingga rutin mengikuti olimpiade matematika tingkat nasional. Bukan parasnya yang menonjol, melainkan prestasinya yang membuatnya terlihat anggun dan disegani. Dayra mungkin jarang tersenyum, tapi sekali ia melakukannya, ada keteduhan yang sulit dijelaskan.

Kelas 11 IPA 1 adalah rumah bagi 34 makhluk unik yang menjadi teman sekelas Dayra. Dari ujung kanan ada Ali dan Mamad, di belakang mereka Anwar dan Aldi, lalu Reza dan Amri di barisan ketiga. Di sisi lain ada Fara, Muna, Yaya, Wirda, Janah, dan Wawa. Sementara Dayra duduk di ujung paling kiri, di samping jendela yang menghadap taman.

Dari 34 siswa, Dayra hanya akrab dengan 15 orang—kebanyakan laki-laki. Mungkin karena sifatnya yang lebih tenang dan logis, atau mungkin karena ia memang tidak pandai berbaur dengan sesama perempuan. Tapi kelas itu tidak pernah sepi dari keanehan.

Suatu hari, kekacauan kecil terjadi.

“WOI! Minuman siapa nih? Gak ada yang ngaku gue minum ya,” teriak Ali sambil menyambar botol di meja Amri. Ia menatap curiga, lalu memejamkan mata sambil merasakan sesuatu yang aneh.

Lihat selengkapnya