Shalawatan di Gramedia Surabaya, 9 Juli 1998
Krisis Akhlak, Blunder
Kita sedang dalam masa transisi, betul. Saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa kita mungkin belum memiliki metode untuk secepatnya sembuh dari krisis ini. Nomor satu, karena manajemen negara kita sendiri. Ini krisis, dan kita sama sekali tidak kuat menyembuhkan krisis. Bukan hanya karena pemerintah kita tidak dipercaya oleh lembaga-lembaga dana luar negeri dan para adikuasa, melainkan juga karena secara internal, kita tidak punya manajemen.
Misalnya, beras masih tersedia, tidak ada manajemen untuk mendistribusikannya secara proporsional. Tak ada inisiatif dari beberapa menteri untuk mencari terobosan. Anda lihat nanti juga tidak ada jalan keluar apa-apa, karena kita telah rusak. Yang krisis bukan hanya ekonominya, melainkan juga politiknya, birokrasinya, manusianya, budayanya. Dan, saya selalu cari konfirmasi kepada setiap jemaah.
Umpamanya, saya punya uang Rp500 triliun. Yang Rp200 triliun saya buat menyelesaikan krisis sekarang, yang Rp300 triliun saya buat menyelesaikan baitul mal. Kalau Rp300 triliun, ya lumayan. Cukup uang ini. Saya pegang sertifikat, saya pegang lisensi. Terus saya titipkan kepada siapa uang ini? Yo’ opo? Terus kulo ten2 istana Pak Habibie? “Saya titip uang buat rakyat. Ini uang 300 triliun?”