Surya, 12 Juni 1998
Pelatih kesebelasan Italia, bapaknya Paolo, yaitu Caesar yang ber-fam Maldini, memang “melawan arus”. Paling tidak buat sementara waktu. Ia ngotot memasang pemain tua, Roberto Baggio, dan masyarakat sepak bola memarahinya. Tetapi, dalam pertandingan melawan Cile, Baggio menjadi wasilah dari the supreme power—kekuatan “atas langit”—yang tidak bisa dijangkau oleh formalisme ilmu sepak bola. Baggio menjadi inspirator dan membuat gol yang menghindarkan timnya dari rasa malu.
Di dalam sepak bola, manajemen ekonomi, strategi politik, atau tata sosial apa pun, kita harus memedomani “textbook” ilmu tertentu yang baku. Tetapi, harus ada “uang tak terduga” karena ilmu dan pengetahuan manusia bersifat relatif. Apa pun bisa terjadi di luar kepastian pengetahuan kita, apalagi kalau pengetahuan kita hanya berkiblat pada isu, rumor, rasan-rasan, dan selebaran gelap.
Cesar Sampaio, gelandang Brasil, yang dilihat sebelah mata oleh siapa pun, juga bisa diizinkan oleh “kuasa langit” untuk menjadi “wasilah” semacam itu pada pertandingan perdana timnya. Dulu pelatih Italia, Enzo Bearzot, pun melakukan keberanian “melawan arus” untuk bersikeras menurunkan Paolo Rossi, pemain tua ngiyeyet11 yang dikutuk masyarakat sepak bola karena berbagai masalah. Tetapi, kemudian dialah yang menjadi pahlawan kesebelasannya untuk menjadi juara dunia.