MATINYA SEORANG IBU

Hyasint Ponix
Chapter #2

HAU KAKARU

Masa Kini.

Manulea, Malaka, NTT.



Sebuah perkampungan adat Manulea kini diliputi kabut tebal. Suasana begitu dingin di malam ini. Binatang-binatang malam berlarian menembus kabut. Seumpama dalam negeri dongeng, kampung ini menjadi tempat berkumpulnya para raja-raja daratan Timor. Batu-batu tinggi dan besar dengan segala rupanya melengkapi mitos tentang peristirahatan terakhir para raja. Mereka semua mati di tempat ini. Untuk mengenangkan warisan ini, maka dibangunlah rumah-rumah adat sebagai penghormatan bagi mereka. Setiap rumah adat memiliki nama sesuai dengan marga kerajaannya. 

Di antara rumah-rumah adat itu, terdapat satu rumah adat kecil yang dikhususkan bagi para pesakitan. Orang-orang Manulea menyebutnya Hau Kakaru. Rumah adat ini sudah ada bahkan sebelum zaman Belanda. Hau Kakaru berbentuk bulat, beratap alang-alang dan susunan papan sebagai dindingnya. Dahulu tempat ini dipakai sebagai rumah sakit adat bagi korban perang. Rumah ini bukan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Manulea semata, melainkan juga bagi semua orang yang bersedia masuk dan bertaruh dengan kehidupan. Terlebih para pesakitan yang mengidap penyakit aneh.

Kehidupan setiap orang sakit yang masuk dalam Hau Kakaru akan dihancurkan terlebih dahulu sebelum dibentuk belakangan. Biasanya orang yang keluar dari Hau Kakaru itu akan mendapat kesembuhan. Tapi tidak semuanya. Yang lemah dan pasrah seringkali lebih beruntung daripada mereka yang mengira bahwa dirinya kuat.

Dan di malam dingin ini, Rosa dan Oliv sedang mencoba peruntungan itu. 

Hau Kakaru memang sengaja tidak dipasang listrik. Tidak ada yang kelihatan begitu istimewa di dalamnya. Lagipula itu hanya seperti rumah adat zaman nenek moyang Timor yang dipakai untuk menyimpan hasil panenan pada umumnya. Mata setiap orang awam yang pertama kali masuk akan melihat segala bentuk dan isinya terkesan sederhana.

Lihat selengkapnya