Katanya benci sama cinta itu beda tipis. Makanya, kamu bencinya jangan banyak-banyak, nanti pas berubah jadi cinta, kan tengsin mau bilang.
💸💸💸
"Nih!"
Aura menatap buku tulis yang disodorkan oleh Resa dengan wajah bingung saat ia tak sampai sedetik duduk di bangkunya.
"Itu apaan?"
"Semuaaa informasi tentang Barra udah gue catet di sini."
Aura mengernyit ketika ia mengambil buku itu dan membuka halaman demi halaman. Dan benar saja, hampir sebagian buku itu dipenuhi tulisan yang berisikan mengenai informasi-informasi pribadi Barra. Mulai dari nama lengkap. Tanggal lahir. Hobi. Makanan kesukaan. Keluarga. SMP barra dulu. Bahkan deretan teman-teman pergaulan juga nama peliharaan cowok itu.
Aura berdecak kagum. "Kemampuan stalking lo emang nggak perlu diragukan lagi, Res," puji Aura. "Pokoknya T.O.P, deh," ujarnya sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
Resa melipat tangannya di depan dada. Membanggakan diri dengan cara mengibaskan rambut bergelombangnya. "Gue gitu, loh. Lo harus berterimakasih sama gue."
"Makasihh Resaaa ... lo emang sahabat gue yang paliiing baik," ujar Aura penuh drama.
"Eits!" Resa menggoyangkan jari telunjuknya. "Bukan gitu caranya."
Aura mengangkat kedua alisnya. "Terus gimana?"
"Kasih gue komisi kalo lo berhasil pacaran sama Barra." Resa menjulurkan tangannya. "Deal?"
Aura tersenyum menyambut tangan Resa dengan sukacita. "Oke."
💸💸💸
Seragam sekolah yang masih dikenakan Aura terlihat mencolok di antara pengunjung lain, sedangkan seragam sekolah Marsel tertutup oleh jaket yang dikenakannya. "Kayaknya aku lebih suka kamu pake seragam, deh, Ra. Keliatan lebih imut."
Ucapan Marsel tak dihiraukan Aura. Karena saat ini cewek itu tengah berkutat dengan ponselnya, mencari tahu semua informasi yang ada di akun sosial media Barra. Tapi yang membuatnya berdecak sebal, tidak ada informasi apapun tentang cowok itu di sosial medianya, bahkan unggahan foto pun tidak ada sama sekali.
"Kayaknya HP kamu lebih menarik, ya dari pada aku," ujar Marsel yang sedari tadi berbicara, tapi dikacangin sama Aura.
Tidak ada tanggapan dari cewek di depannya. Bahkan, makanan yang dipesannya untuk Aura pun belum di sentuh sama sekali.
Marsel menghela napas dengan kelakuan Aura yang tidak biasa ini. Ia jadi penasaran hal apa yang bisa membuat Aura lebih tertarik bermain ponsel seperti itu.
Marsel merebut ponsel itu dari tangan Aura. Keningnya mengernyit tatkala melihat salah satu akun sosial media seorang cowok. "Barra?"
Rupanya Aura sedang stalking cowok, pantas saja ia diabaikan sudah seperti remahan rengginang. Ada tapi tak dianggap. "Gebetan kamu?" Marsel melirik Aura yang kini justru memutar bola matanya malas.
Marsel memasukan ponsel Aura ke saku celananya. "Aku akan balikin HP kamu, kalo kamu mau jawab pertanyaan aku tadi."
Aura menatap cowok itu tajam. Tidak suka dengan sikap Marsel yang seolah-olah mengaturnya.
"Mau jawab?" tanya Marsel.
"Nggak!" ketus Aura.
Marsel tersenyum, mengelus rambut Aura, namun dengan segera ditepis oleh cewek itu. "Jangan pegang-pegang!"
Marsel mengangguk. "Oke, aku akan tunggu jawaban kamu."
Aura mengabaikan Marsel dan segera memakan makanan yang dipesan cowok itu.
Suasana restoran yang ramai oleh para pasangan muda membuat Aura jengah melihatnya. Kenapa juga Marsel membawa Aura ke tempat seperti ini.
Melihat raut wajah kesal Aura membuat Marsel ingin menggoda cewek itu. "Ra," panggil Marsel.