"Barra," gumam Resa.
"Sorry." Barra sekilas melirik Aura sebelum akhirnya pergi dari sana. Meninggalkan Resa dengan wajah cengo.
Resa memandang punggung Garra yang perlahan menjauh dengan wajah terperangah. "Segampang itu dia minta maaf setelah numpahin mie ayamnya di seragam gue?" Ia menggeleng-geleng pelan. "Emang nggak punya hati, tuh orang. Malah ninggalin gue lagi."
Resa menoleh pada Aura yang hanya duduk diam. "Auraaa," rengek Resa.
Aura mengangkat kedua alisnya. "Apa?"
"Lo nggak bantuin temen lo yang malang ini," kata Resa dengan kedua tangan terangkat, meminta bantuan Aura.
Aura memutar bola mata malas. Bangkit mendekati Resa dan menarik tangan cewek itu untuk berdiri.
Resa menatap seragamnya yang dipenuhi kuah mie ayam. "Baju gue kotor," keluhnya pada Aura.
💸💸💸
Aura bersandar malas pada wastafel yang berada di toilet sekolah. Tidak memedulikan decakan sebal dari Resa yang sejak tadi sibuk membersihkan seragamnya. Pikirannya sibuk tertuju pada sikap Barra yang benar-benar dingin. Mulai ragu apakah ia bisa mendapatkan cowok berhati dingin seperti Barra.
"Res," panggil Aura.
"Hm."
"Gue bisa nggak, ya dapetin Barra?"
Resa melirik Aura sekilas dari kaca di depannya. "Lo, kan udah jago kalo masalah dapetin cowok. Sekali mendayung langsung dapet dua tiga cowok."
"Tapi kalo Barra ... gue nggak yakin bisa dapetin dia."
Resa menghentikan tangannya yang sibuk mengelap seragamnya. "Lo, kok jadi pesimis gitu, sih?"
"Nggak tau, kita liat aja nanti, deh."
Resa mengedikan bahunya. Tapi sedetik kemudian ia menghadap Aura dengan cepat dengan senyum lebar. "Ra!"
Aura menoleh pada Resa dengan kedua alis terangkat. "Apa?"
"Kenalin gue sama pacar lo yang itu, dong," pinta Resa diiringi senyum sumringah.
Aura berdecih. "Ngapain juga? Nggak penting banget."
"Ya... siapa tau dia kepincut sama gue, kan," ujar Aura menaik-turunkan alisnya.
"Pulang sekolah bareng gue. Nanti Marsel jemput di persimpangan sekolah, sekalian gue kenalin dia ke lo."