Matrealistis

Peetarii
Chapter #9

Marsel dan Aura

"Yah... hujan," keluh Resa. Ia menoleh pada Aura yang terlihat santai-santai saja. "Ra! Gimana? Jadi, kan kenalin gue sama Marsel?" tanya Resa menaik turunkan kedua alisnya.

"Iya, jadi, kok."

Aura mengecek ponselnya saat mendapat pesan dari Marsel. "Dia udah di depan," ujarnya memberitahu Resa setelah membaca pesan singkat itu.

Mata Resa membulat dengan mata berbinar. "Hah! Serius?" Resa menggosok-gosok telapak tangannya. "Aduh, gue jadi nggak sabar, nih, Ra."

Aura menghela napas saat menatap awan hitam di atas sana.

"Gimana kalo kita terobos aja," saran Resa pada Aura. "Kalo nunggu reda pasti lama."

"Bilang aja nggak sabar ketemu sama Marsel," ejek Aura.

Resa terkekeh. "Tau aja lo," ujarnya. "Eh! Tapi nanti lo jangan marah, ya kalo gue rayu-rayu pacar lo itu."

Aura mendengus. "Ngapain juga gue harus marah."

"Awas, ya. Jangan cemburu."

Aura menggeleng pelan. Untuk apa ia cemburu pada orang yang jelas-jelas dibencinya itu.

"Eh, Ra. Marsel, kan bawa mobil, tuh. Nanti gue duduk di depan, ya?" pinta Resa.

"Hm. Terserah lo mau duduk di mana juga," jawab Aura tak peduli.

Resa tersenyum senang, lalu menatap hujan yang sepertinya tidak mau berhenti. "Ra, terobos aja udah, yuk," ajaknya sambil menarik lengan Aura.

"Eh, Res." Aura menahan langkahnya. "Hujannya gede tau."

Resa berdecak, kemudian menarik Aura dengan paksa menerobos hujan. Mereka berlari keluar gerbang, menuju mobil yang berhenti di sana. Aura membuka pintu mobil belakang, sedangkan Resa di depan, seperti yang sudah mereka sepakati.

Marsel bingung melihat Aura yang memilih duduk di kursi belakang, dan seorang cewek yang tak dikenalnya duduk di kursi penumpang sebelahnya.

Resa yang baru kali ini melihat Marsel sedekat sekarang tanpa sadar menahan napas. Membeku di tempat. Gila! Gila! Gila! Gue baru tau kalo deket gini ternyata ini cowok ganteng parah. Aduh, si Aura beruntung banget sih dapetin cowok kayak gini!

"Hai," sapa Resa dengan senyum kaku. "Gue Resa, temennya Aura yang pernah ngomong sama lo di telepon," ujarnya tanpa berkedip. Aduh! Please, siapa pun tolong, jantung gue nggak kuat deket sama cowok seganteng ini.

"Oh, oke," respon Marsel masih bingung dengan situasi.

Resa menoleh ke belakang. Aura masih sibuk mengusap seragamnya yang basah kuyup. "Ra! Kita tuker tempat duduk, yuk, kan harusnya lo yang di sini," pinta Resa. Hal itu membuat Aura mengernyit. Sumpah! Gue kalo tetep duduk di depan bakalan mati karena kehabisan napas gara-gara deket Marsel, batin Resa kalut.

Meski bingung, akhirnya Aura menurut dan bertukar tempat dengan Resa.

"Kamu kenapa hujan-hujanan, sih? Kalo kamu sakit gimana? Padahal, kan bisa nunggu reda. Aku nggak apa-apa, kok nunggu."

Aura melirik Marsel. "Kenapa dimatiin?" tanya Aura ketika melihat Marsel mematikan AC mobil.

"Biar kamu nggak kedinginan," jawab Marsel.

Resa yang melihat hal itu merasa nelangsa dalam hati. Niat awal ingin mendekati Marsel, eh, justru jadi pajangan. Salah, nih gue ikut. Malah jadi nyamuk.

Lihat selengkapnya