SETELAH berhasil memaksa Aura untuk berganti pakaian terlebih dahulu, Marsel mengajak gadis itu menonton salah satu film kesukaannya.
Dan di sinilah mereka sekarang. Di deretan kursi bioskop paling belakang. Sudah hampir satu jam mereka menonton film horor yang baru saja rilis.
Marsel terlihat sedang fokus menonton, sedangkan Aura sejak tadi melirik ke arah pojok dengan risih. Hanya selang lima kursi darinya, ada sepasang remaja yang sedang berciuman. Di tempat seperti ini? Di tengah-tengah film horor? Astagah! Kini Aura merasa benar-benar jengah.
"Kenapa, Ra?" tanya Marsel ketika menyadari pergerakan Aura yang tidak bisa diam. Ia melihat arah pandang Aura, kemudian mengulas senyum tipis. "Jangan diliatin, udah biarin aja."
"Gue mau pulang," ujar Aura. Bagaimana bisa ia membiarkannya. Di saat Aura ingin fokus menonton, suara berisik dari arah pojok benar-benar mengganggu pendengaran dan konsentrasinya. Jika saja mau, mungkin Aura sudah melempar dua orang itu dengan sendalnya.
Marsel melirik film yang sedang diputar sekilas, lalu beralih pada Aura. "Tapi filmnya belum selesai, Ra."
"Terserah kalo lo masih mau nonton. Gue mau pulang," katanya sembari bergerak meninggalkan tempat itu.
Setelah melihat Aura berjalan menuju pintu keluar, Marsel kembali melirik dua orang yang berada di pojok itu, lalu menyunggingkan senyum miring.
💸💸💸
Marsel berlari mengejar Aura yang berjalan cepat di depannya. Dengan segera ia meraih lengan gadisnya itu. "Kamu mau ke mana?"
Aura meghentikan langkahnya, lalu menoleh dengan wajah malas. "Pulang," jawabnya singkat.
Marsel menatap sekeliling, seolah sedang mencari sesuatu. "Kita makan dulu, ya," ajaknya ketika melihat food court di dekat sana. "Kamu pasti laper, kan?"
"Nggak." Sedetik setelah Aura mengatakan itu, perutnya berbunyi cukup keras hingga sampai di telinga Marsel.
"Yakin nggak laper?" Marsel mengulas senyum tipis melihat raut wajah Aura yang menahan malu. "Bibir kamu emang bisa bilang nggak, tapi perut kamu nggak bisa bohong, Ra."
Aura melirik Marsel dengan tatapan tak suka seperti biasa. Bukan bermaksud Aura membohongi rasa laparnya, ia hanya tidak ingin berlama-lama bersama pria di depannya ini.
"Ayo, aku juga laper, nih." Baru saja Marsel ingin menggenggam tangan Aura, gadis itu segera menjauhkan tangannya dari jangkauan Marsel.
"Nggak usah pegang-pegang," ketus Aura.