Matrealistis

Peetarii
Chapter #13

Kekhawatiran Marsel

Pagi-pagi sekali, Aura sudah membereskan pakaiannya dan memasukannya ke dalam tas.

Resa yang melihat Aura segera melihat jam di ponselnya yang menunjukan pukul setengah 6 pagi. Tubuhnya yang masih bergelung dengan selimut menatap Aura heran. "Lo mau berangkat sekolah sekarang?" tanya Resa dengan suara bebek khas bangun tidur. Melihat tidak ada respon dari Aura, Resa kembali bersuara. "Ya ampun, Ra. Mana ada, sih murid yang mau dateng ke sekolah jam segini. Yang ada lo nanti diterkam penghuni sekolah lagi."

Setelah Aura berhasil membereskan barang-barangnya, ia melirik Resa sekilas. "Gue duluan, ya," katanya sambil bangkit dan bergegas dari sana.

"Lo nggak mau berangkat bareng gue, Ra?!" Suara Resa seolah menggantung di langit-langit kamar ketika Aura sudah terlebih dahulu menutup pintu kamar.

Resa berdecak heran menatap pintu kamarnya dengan hening. "Kenapa, sih tuh anak?" gumam Resa. "Ah! Tau ah!" seru Resa menutup keseluruhan tubuhnya dengan selimut untuk melanjutkan tidurnya. Mungkin ia akan bangun 15 menit lagi.

Di sisi lain, Aura berjalan menuju pintu keluar.

"Aura!?" suara Tante Maya membuat langkah Aura terhenti. Ia tersenyum simpul tatkala perempuan paruh baya itu mendekatinya.

Tante Maya memerhatikan penampilan Aura yang sudah rapih dengan seragamnya. "Kamu mau ke mana? Mau berangkat sekolah?"

Aura mengangguk mengiakan.

"Nggak bareng sama Resa?"

"Nggak, Tante. Tiba-tiba Aura ada urusan mendadak."

Tante Maya menatap Aura teliti. Menyadari wajah gadis itu terlihat sangat pucat membuatnya sedikit khawatir. Takut terjadi apa-apa dengan teman anaknya itu. "Muka kamu kenapa pucet gitu? Kamu sakit? Sarapan dulu, yuk! Tante udah siapin sarapan."

Aura tersenyum sungkan. "Aura nggak apa-apa, Tante. Aura buru-buru, nanti bisa makan di luar, kok. Aura pamit ya, Tante," ujar Aura sambil memberi salim dan bergegas keluar dari sana.

💸💸💸

Marsel berusaha menghubungi Aura berkali-kali. Tidak ada tanda-tanda gadis itu akan mengangkatnya. Ia melirik rumah Resa. Barusan ia dari sana untuk menemui dan mengantar Aura ke sekolah. Tapi katanya Aura sudah berangkat dari pagi tadi. Marsel menatap jam di pergelangan tangannya. Ini waktu untuk Aura biasanya baru berangkat sekolah.

Setelah panggilan teleponnya dihiraukan oleh Aura, Marsel tidak kehabisan akal. Ia menelepon Resa. Beruntung dulu ia sempat menyimpan nomor cewek itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, suara seorang cewek langsung memasuki gendang telinganya.

"Aura sama lo?" tanya Marsel tak mau basa-basi.

"Loh? Aku kira Aura sama kamu," ujar Resa di ujung sana. "Soalnya tadi pagi dia buru-buru berangkat duluan."

Lihat selengkapnya