Malam lepas pukul tujuh. Taksi berhenti tepat di asrama mahasiswa Sunway University Kuala Lumpur. Tapi aroma itu lebih mendesak nalurinya untuk mengisi perut yang memang sudah saatnya harus diisi.
Suhu pendingin ruangan sejak di bandara dan di dalam pesawat selama beberapa jam membuat perutnya terasa kosong. Masih menarik koper ukuran besar dan sebuah tas jinjing di atasnya, Audy, membelokkan arah menuju sebuah toko roti.
Aroma keju dan caramel begitu memikat indera penciuman dan mempengaruhi hasrat makannya. Riz’1 Bakery dengan logo halal, gadis itu tak perlu berpikir panjang.
Toko masih ramai. Lalu meletakkan tas di salah satu meja kosong. Memesan dua roti isi daging dan satu keping sandwich tuna. Tak lupa secangkir teh tarik yang konon merupakan minuman khas di Malaysia.
“Silakan duduk. Kami akan mengantarnya ke meja anda.” Kata pelayan toko mengingatkan Audy karena masih berdiri di depan meja kasir.
“Sebentar, saya mau melihat itu.” Kata Audy menunjuk seseorang yang sedang membuat teh tarik.
“Oh, baik, silakan kalau begitu.” Audy memperhatikan pembuatan teh tarik yang memang lebih unik dari pembuatan minuman biasa. Tidak sekadar dibuat dalam satu cangkir, tapi dua.