“Kamu gak perlu takut Fit..” bu Sormin kembali meyakinkan nya. “jangan bu, jangan... dia lagi hamil adik saya bu mungkin dia emosi karena..” aku yang geram mendengar nya langsung memotong kata – kata Fitri yang belum selesai di ucapkannya itu. “karena hamil, terus dia ngidam mukulin kamu sama adek kamu, gitu maksud nya..?” aku terpancing emosi kali ini. “bukan begitu bu, saya pernah merasakan rasanya jauh dari ayah dan di tinggal mati ibu kandung saya. Saya gak mau adik saya juga merasakan apa yang saya rasakan, jauh dari ayah dan di tinggal ibu masuk penjara.”
Mendengar jawaban yang sunggu diluar dugaan ku membuat hati ku semakin sakit rasanya, bagaimana bisa gadis belia yang umur nya baru menginjak tujuh belas tahun mempunyai pikiran sedewasa dan sebijaksana itu, ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tetapi juga anak dari orang yang bahkan sudah menyiksanya. Ternyata nilai akademis nya yang bagus selaras dengan budi pekertinya. Aku mengehela nafas panjang saat mendengarnya. Rasanya, entah aku yang terlalu egois ingin memenjarakan ibu tirinya, ataukah Fitri yang terlalu naif akan nasib yang akan di tanggung nya.
Aku saling pandang dan terdiam dengan bu Sormin di ruangan itu. Tak lama Fitri mengatakan sesuatu. “sebenarnya saya punya solusi untuk masalah ini bu, sudah lama saya pikirkan itu, tapi saya gak punya keberanian bu dan gak tahu harus mulai darimana .” aku yang mendengar kata – kata nya itu semakin takjub dengan kepribadian gadis belia yang sekarang sedang berada di hadapan ku ini. Solusi apa yang sudah terpikirkan oleh nya sejak lama, pribadi yang sangat sulit di tebak dan penuh kejutan.
“Saya ingin menghubungi keluarga dari ibu kandung saya bu, tapi saya mohon jangan ceritakan apa yang terjadi dengan saya disini. Karena kalau sampai mereka tahu pasti ayah tidak akan boleh lagi bertemu saya dan adik saya. Jadi begini, saya ingin ibu memberi kabar kepada etek saya *Etek = Dalam bahasa minang artinya tante. Kalau saya meminta pindah sekolah ke Pekanbaru, tempat dimana saya lahir dan di besarkan sebelum pindah ke Sipirok ini. Mereka pasti setuju kalau itu permintaan saya bukan atas kemauan ayah saya. Tetapi ibu bilang ke ayah saya nanti seperti yang ibu sampaikan pada saya tadi, kalau sampai ayah saya tidak mengizinkan saya pindah ke Pekanbaru, ibu akan mendampingi saya melaporkan perbuatan istri nya ke polisi. Dengan begitu saya dan adik bisa pindah ke Pekanbaru, dan ibu tiri saya bisa tetap bersama ayah saya dan anak mereka nanti, mungkin sesekali saya bisa mengunjungi ayah saya kesini bu.”
Mendengar solusi yang disampaikan oleh Fitri kepadaku dan bu Sormin, aku tak habis pikir bagaimana seorang gadis belia memikirkan hal – hal yang tidak pernah aku orang dewasa bayangkan pemikiran itu berasal darinya. Sungguh pemikiran yang tidak biasa yang dimiliki oleh remaja seusianya, ia tidak hanya memikirkan dirinya, adiknya, ayah nya, tapi semua orang dalam keluarganya. Solusi itu tidak menyakiti siapapun dan mereka tetap bisa bertemu kapan pun. Sungguh luar biasa hati mu nak, tidak jarang orang hanya demi kebahagiaan nya tega merusak hidup orang lain, merebut sesuatu yang bukan hak nya, mengambil sebagian atau bahkan seluruh kesempatan orang lain untuk bahagia demi kebahagiaan nya sendiri.
Aku memeluknya erat. “terimakasih sudah mengajarkan ibu banyak hal Fit, semoga nanti hidup mu sukses dan bahagia nak.” Aku sungguh mengagumi pola fikir gadis remaja ini. Dari awal aku sudah menduga bahwa ia bukan lah anak yang lahir dan besar di Sipirok ini, logat bahasa nya jauh berbeda di banding anak – anak disini. Jauh – jauh ia datang dari Pekanbaru demi ibu baru dan harapan baru tetapi ia harus kecewa dan memilih kembali ke tampat dulu ia merajut mimpinya tentang ibu baru nya di kampung. Tak apa nak, semoga mimpi lain datang setelah kau sampai di kota kelahiran mu lagi.
Aku dan bu Sormin mengiyakan dan mengamini rencana brilian Fitri, dan mulai menyusun rencana hari itu agar tidak ada yang gagal, dan selama proses kepindahan sekolah Fitri dan adik nya masih dalam pengurusan, mereka sementara tinggal di rumah uwak nya kakak dari ayah nya, karena aku mengkhawatirkan keselamatan nya setelah apa yang akan di sampaikan pada ibu tiri nya nanti, mungkin bisa saja ia merencanakan sesuatu yang membahayakan Fitri dan adiknya.
Aku masih belum percaya kalau kisah bak di sinetron ini benar – benar nyata dan sedang kami hadapi saat ini. Hari ini kami memanggil ayah dan ibu nya Fitri ke sekolahan. Mereka heran kenapa tiba – tiba mereka di panggil, karena Fitri bukan lah tipe anak bermasalah yang sering keluar masuk ruang BP (Bimbingan Penyuluhan). Aku mempersilahkan kedua orangtua itu untuk duduk, dari raut wajah ibu tiri nya bisa terlihat bahwa ia sedikit khawatir, ia mungkin mencoba menebak – nebak apa yang akan aku dan bu Sormin sampaikan.