Mauliate Gendis

Fitri Handayani Siregar
Chapter #14

#14 Nostalgila Cinta Pertama

Malam ini berbeda dengan malam sebelumnya, tidur ku tak lena. Padahal besok pagi aku harus masuk di jam pertama. Kata – kata Raja terngiang di telinga, entah apa yang harus ku jawab lagi jika ia mendesak bertanya tentang perasaan nya padaku yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Logika ku masih belum bisa menerima jika ada cinta pada pandagan pertama di dunia nyata selain drama. Apakah ibu dan bapak ku juga dulu jatuh cinta pada pandangan pertama ya..? aku bertanya dalam hati dan tertawa geli sendiri. Rupanya Mai yang juga masih belum tertidur di sebelah ku sejak tadi ia memperhatikan gerak – gerik ku dan tiba – tiba bertanya yang membuat ku kaget seketika.

“Ndis, yang kenapa nya kau..? senyum – senyum sendiri. Jadi takut pulak aku tidur di sebelah mu.” aku yang terkejut hanya bisa menatap nya kesal. “Ihhh Mai, kaget loh aku.” Ku tatap Mai tanpa berkedip. “Iya.. ada apa..? biasanya jam segini kau sudah tidur, tumben hari ini belum..? jadi penasaran aku siapa nya cinta pada pandangan pertama mu itu..?” Mai kembali menggoda ku. “Mai, kali ini aku mau kau jawab serius ya..! menurut mu cinta pada pandangan pertama itu ada atau tidak..?” Mai yang tadi masih sibuk dengan handphone nya kali ini ia menatap ku dengan tatapan penuh selidik.

“Kau jatuh cinta sama si Raja pada pandangan pertama..?”  tanya nya penuh semangat. “Ishhh kau ini, ya gak mungkin aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan si Raja. Aku ini orang yang paling realistis di dunia Mai, aku bisa membedakan mana kehaluan, mana yang bisa kejadian.” Ahh sepertinya percuma menanyakan ini pada Mai karena belum apa – apa saja tebakan nya sudah salah. “Tunggu.... tunggu... Jangan... Jangan maksud mu Raja yang jatuh cinta pada pandangan pertama sama mu Ndis..?” mata nya terbelalak pada saat menanyakan hal itu padaku.

Kali ini ia benar – benar siap mendengarkan, mata nya yang tadi terlihat sayu dan tidak bersemangat, sekarang benar – benar on fire. “Ho’oh, masak tadi sore dia bilang gitu ke aku sih Mai..?” aku mencoba melihat bagaimana Mai membaca situasi ini dari sudut pandang nya. ia mengguncang bahu ku memastikan bahwa apa yang baru saja di dengar nya adalah kebenaran yang memang keluar dari mulut ku. “Kan.... kan betul dugaan ku, kalau si Raja dia memang mau coba – coba sama kau Ndis, terus kau bilang apa waktu dia bilang gitu..?” Mai sepertinya ingin terlibat lebih dalam pada percakapan malam yang serius ini.

“Ya, aku bilang mustahil ada orang yang tidak saling kenal satu sama lain, tapi bisa jatuh cinta.” Mai menatap ku kecewa. “Kenapa lah pulak itu yang kau tanyakan, seharusnya kau bertanya kenapa dia bisa jatuh cinta sama mu pada pandangan pertama..?” bibir nya terlihat di sunggingkan ke atas memperlihatkan bahwa ia kecewa karena pertanyaan ku salah sasaran pada Raja sore kemaren. “Iya juga ya Mai, seharusnya aku tanya seperti yang kau bilang.” Mai mengangguk menandakan bahwa ia lebih ahli dalam bidang ini. “Makanya jangan pas aku nonton drakor kau ejek i aja, tau nya aku kau ejek dalam hati kan..?

Tatapan nya kali ini sungguh mengerikan, seperti seorang mafia yang berhasil menangkap pengkhianat. Aku tertawa di sebelahnya lalu memeluk nya erat, tawa kami mungkin terdengar sampai ke kamar sebelah. Dan entah di mulai darimana akhirnya aku dan Mai sudah tidur dalam lena setelah nya.

Pagi – pagi sekali aku sudah berangkat ke sekolah, aku ingin menghindari pertemuan dengan Raja sebisa yang aku mampu. Karena rasanya mustahil tinggal di rumah dan di lingkungan yang sama jika tidak saling bertemu. Seharian di sekolah membuat fikiran ku tentang pertanyaan Raja sudah mulai bisa ku kendalikan meski sesekali kata – kata itu masih membayangi. Apa aku tanya ke ibu saja ya..? apakah dulu ibu dan bapak ku di berjodoh setelah mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama..?

“Assalammualaikum Buk, sehat...? bapak sama yang lain gimana..?” aku memberanikan diri untuk menanyakan hal tabu ini pada ibu, siapa tahu justru ini bisa membantu ku menemukan jawaban nya. “Sehat Ndis, kamu tumben nelpon di jam ini..? lagi gak ngajar ta..?”  Ibu sudah hafal jadwal baru ku ternyata, begitulah ibu seharusnya meski anak nya sudah tidak tinggal di rumah yang sama, tetapi apapun kegiatan ku bahkan berikut jadwal nya ibu bisa hafal dengan baik. Setelah membicarakan beberapa hal mulai dari yang penting sampai yang biasa aja akhirnya masuk lah pada pertanyaan inti yang sejak tadi ingin ku tanyakan pada ibu.

Lihat selengkapnya