“Apa yang membuat aku harus ragu mencoba nya..?” ia justru bertanya balik ke arah ku. “Jadi hubungan ini hanya ajang uji coba..? Jika aku berhasil memantapkan plihan maka kita lanjut, dan jika kau berhasil tidak kecewa dengan hubungan ini, maka kita juga akan lanjut. Begitu maksud mu..?” aku memperjelas situasi yang sebenarnya rumit karena ulah kami berdua. Langkah nya seketika berhenti. “Jadi mau mu hubungan yang seperti apa yang harus kita jalani Ndis..?” sinar bulan yang tertutup rimbun nya pepohonan membuat ku samar melihat wajah Raja, ekspresi nya pada saat menanyakan itu tak dapat membuat ku memutuskan hubungan apa yang akan kami jalani selanjutnya.
Aku tetap melangkah maju ke depan, dan membiarkan nya tertinggal di belakang. “Ndis.” Ia setengah meneriakkan nama ku, tanpa di komando langkah ku terhenti setelah mendengar nama ku di panggil nya. Aku berbalik menatap nya, cahaya bulan malam ini tepat mengenai wajah nya, rimbun nya pepohonan itu tersingkap angin yang menusuk tulang malam ini, sepertinya mungkin akan turun hujan yang sangat lebat. “Jawab aku..! hubungan seperti apa yang ingin kau jalani bersama ku..?” ini kali ke dua ia menanyakan hal yang sama malam ini.
Ku dekati Raja dan berjalan menuju ke arah nya. “Seperti yang kau bilang tadi, kita jalani saja dulu entah sampai dimana...? Kau siap menjalani hubungan tak punya arah tujuan ini...?”tanya ku lagi memastikan, entah mengapa pencinta suka sekali menyakiti perasaan mereka sendiri. Pilihan yang sebenarnya sederhana di dramatisir sampai se rumit yang ia bisa, drama yang seharusnya tidak terjadi di setting agar kelihatan dramatis agar entah untuk tujuan apa. Sebenarnya keputusan menjalani hubungan ku dengan Raja adalah keputusan sederhana yang tidak merugikan siapa – siapa. Aku dan Raja tidak sedang berada dalam sebuah hubungan, dan tidak salah untuk memulai hubungan. Tinggal jawab iya saja aku bersedia maka selesai kan..?
Mungkin pencinta bau kencur lebih punya prestasi soal ini dibanding kami berdua. Tapi entah mengapa tidak mudah buat ku memutuskan hubungan seperti apa yang akan kami jalani ke depan nya. “Hubungan ini akan menemukan tujuan nya sendiri Ndis, jadi malam ini kita resmi pacaran..?” Ia bertanya seperti anak SMA yang baru saja berhasil mengungkapkan isi hati nya. Aku tertawa kecil mendengarnya. “Pacaran...?” aku bertanya dan tersenyum ke arah nya. “Kau pikir aku anak SMA..? hubungan ini tidak punya nama, kan sekedar di coba entah berhasil entah tidak...? entahlah..” Langkah ku semakin berat rasanya, detak jantung ku terkadang cepat dan tak jarang juga melambat.
Perasaan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya, aku menikmati perasaan ini setiap detik nya, terkadang ada rasa mulas, kesemutan bercampur jadi satu saat aku menatap Raja yang berjalan beriringan di samping ku. “Jadi malam ini aku boleh punya nomor WA mu?” tanya nya padaku yang sedang diam – diam memandangi nya dari samping. “Oh, hempp.. iya boleh..” aku menatap nya sebentar, senyum nya membuat ku jadi gugup dan rasanya aku lupa berapa nomor WA ku. “Hempp, sebentar Ja, aku fokus dulu aku lupa berapa nomornya.”
Raja tertawa tipis melihat tingkah ku yang mungkin terlihat jelas di mata nya bahwa aku sedang gugup malam ini saat berhadapan dengan nya. “sudah ingat..?” tanya nya lagi yang semakin membuat pikiran ku buyar entah kemana, bagaimana bisa nomor ponsel yang sekaligus menjadi nomor WA yang sudah ku pakai hampir lebih sepuluh tahun bisa hilang begitu saja dari ingatan ku malam ini. Jika aku tidak mampu mengingat nya maka ini akan membuat Raja besar kepala. “Sebentar, ini nomor baru soalnya makanya aku kadang lupa.” Maafkan jika aku berbohong, tetapi situasi ini memang memaksaku melakukan nya.
“Sini handphone nya.” Raja mengambil ponsel dari tangan ku. “Sudah, nama ku Raja di kontak mu, kalau mau kau ganti sayang juga tidak apa – apa, aku tidak keberatan.” Ia menggoda ku yang mungkin kalau ini terjadi siang hari maka pipi ku yang bersemu merah akan terlihat jelas oleh Raja, sukur saja malam dapat menyamarkan nya untuk ku. “Ihhh, aku kan belum bilang apa –apa. Ada syarat dan ketentuan nya.” aku kembali memberikan kesulitan yang sebenarnya tidak harus ada menjadi penghalang dalam hubungan ini.
Ia menatap ku heran. “Tidak ada yang boleh tahu soal hubungan ini..! itu syarat yang pertama. Yang kedua, aku tidak ingin ada kontak fisik diantara kita sampai nanti kita benar – benar menikah.” Ups, tunggu dulu.. apa aku baru saja mengatakan sampai nanti kami benar – benar akan menikah. Ya ampun Gendis apa yang ada di pikiran mu saat ini bagaimana mungkin kau bisa mengatakan hal itu, itu sama saja artinya kau ingin akhir dari hubungan yang tidak jelas ini akan bermuara di pelabuhan yang sama, pernikahan.
Raja tersenyum lebar ke arah ku yang baru saja keceplosan. Aku tidak berani menatap wajah nya. ‘Dua syarat itu ku sanggupi. Syarat yang ke dua itu memang sudah seharusnya. Tugas lelaki menjaga wanitanya kan..? sampai saat Allah satukan kedua nya.” ahhh kata – kata itu sungguh kata – kata yang aku rasa ingin di dengar oleh wanita manapun diatas dunia ini. Aku hanya diam saja mendengar Raja menyanggupi dua syarat yang baru saja ku ajukan itu.
“Jadi kau sudah tahu kan arah tujuan hubungan ini Ndis..?” tanya nya lagi memastikan bahwa apa yang tadi di dengar nya adalah benar berasal dari ku. Sambil terus melangkah aku mengatakan sesuatu yang kembali membuat ku tersudut. “Bukan kah setiap hubungan memang memiliki tujuan yang sama..?” bagaimana bisa aku mengatakan hal itu setelah tadi aku menyanggah nya, setelah tadi aku mengatakan jika hubungan ini tidak mempunyai arah dan tujuan.
“Aku hanya memastikan jika tujuan kita sama..” jawaban nya sungguh membuat ku entah harus berkata apa. Rasanya langkah kaki ku tiba – tiba kiri semua, perut ku rasanya keram seketika. Jantung ku berpacu cepat seperti cepat nya angin yang menerpa pepohonan malam ini. “Pernah kau bayangkan sebelumnya akan ada dalam hubungan seperti ini...?” ia menanyakan hal yang membuat ku bingung harus berkata apa, karena aku tidak pernah menjalin hubungan serius dengan lelaki sebelumnya.