Mauliate Gendis

Fitri Handayani Siregar
Chapter #20

#20 Raja, Aku VS Ragu...?

Aku yang di tatap Aisyah penuh harap menjadi merasa bersalah, entah apakah aku bisa memberikan solusi yang di kehendaki nya atau kah justru..?. Aisyah meninggalkan ruangan ku dengan menitipkan harapan di pundak ini, harapan yang seharusnya tidak ku janjikan dari awal, tetapi aku guru mereka dan mau tidak mau juga bertanggung jawab untuk mengemban beban ini bersama. Ponsel ku tidak berdering lagi, ku tatap ponsel itu yang sangat ku nantikan dering nya kembali dari Raja di seberang sana yang berjarak ribuan kilometer dari sini.

Mai datang ke ruangan ku, mungkin tadi dia melihat Aisyah yang sudah keluar dari sini, dan lalu bergegas menemuiku yang memang butuh ditemani. “Kau sudah baikan Ndis...?” tanya nya memastikan kembali keadaan ku setelah sesi konseling ku dengan Aisyah selesai. Aku mengangguk yang menandakan aku baik, tapi mungkin tidak baik – baik saja. “Bagaimana sudah ada kabar dari Raja...? itu juga pertanyaan yang ingin aku tahu jawabannya. “Tadi Raja ada menghubungiku Mai, tapi gak bisa ku jawab telepon nya. Aku masih bersama Aisyah disini.” Aku berusaha tetap tenang meski hati ku bergejolak. Hubungan pertemanan kami yang baru berjalan seminggu ini terasa begitu membekas.

“Sudah kau hubungi lagi dia...?” itu juga hal yang sangat ingin aku lakukan Mai, tetapi keberanian yang dulu aku punya rasanya hari ini pupus sudah tak bersisa, aku takut jika nanti yang menjawab telepon ku bukan Raja, justru malah sebaliknya dan kabar yang tidak ingin aku dengar justru menjadi kenyataan pahit yang harus aku terima. “Belum Mai,aku takut... nanti yang menjawab telepon ku justru bukan Raja, terus gimana kalau....?” aku tidak melanjutkan kalimat ku lagi karena aku tidak ingin mendengar kabar duka dari Papua. “Ndis... pikiran mu ini sudah di kuasai rasa takut. Seharusnya kau memastikan jika Raja memang baik – baik saja, ayo telepon balik”. Aku menatap Mai cukup lama dan memberanikan diri ku untuk menghubungi Raja entah apapun jawaban dari Papua di seberang sana, aku berharap yang menjawab panggilan telepon ku adalah Raja.

Aku manatap Mai yang juga sama penasaran nya dengan ku, tekepon nya tersambung itu artinya ponsel itu bisa mendapat signal dengan baik. “Assalammualaikum Ndis, maaf kalau tadi terputus. Ku hubungi lagi sampai tiga kali tapi tidak dijawab.”  Mendengar suaranya membuatku terduduk lemas, Alhamdulillah ucapku dalam hati ternyata semua pikiran jelek yang bertengger di kepala ku tidak terjadi. “Ndis... gimana dia baik – baik saja kan...?” Mai yang melihat reaksi ku yang terduduk lemas mungkin berpikiran ada terjadi sesuatu dengan Raja. “Dia baik Mai.” Mai mengelus dada dan meninggalkan aku di ruangan itu dengan hati yang sudah lega.

“Ndis, kau khawatir karena tadi tiba – tiba video call nya terputus..?” tanya nya di seberang sana yang bisa ku bayangkan wajah nya dengan senyum percaya diri. “jadi menurutmu...? bagaimana kalau posisi nya di balik aku yang tiba – tiba telepon nya terputus, gimana...?” aku sengaja menanyakan ini untuk melihat seberapa perduli Raja dengan hubungan yang baru berjalan seminggu dan sudah harus terpisah jarak ribuan kilometer selama dua bulan ke depan.

Lihat selengkapnya