Mauliate Gendis

Fitri Handayani Siregar
Chapter #26

Mai, sumpah ini demi drakor....?? #26

Tiba – tiba pandangan ku yang tadi jelas, sekarang samar – samar. Suara yang tadi nya dapat ku dengar tangkas sekaran perlahan mulai sayup – sayup hilang dari pendengaran. Ada apa ini..? apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya mampu mendengar Mai teriak memanggil nama ku, Mai...? Mai...? Mai...? kemudian aku tidak mendengar apapun lagi setelahnya. Entah apa yang terjadi tetapi saat aku membuka mata, yang terlihat atap berwarna putih dan tangan ku sudah di cucuk jarum infus, ada Mai yang mata nya berbinar melihat ke arah ku.

“Tadi kau pingsan Ndis di sekolah, aku dan pak Andi yang membawamu ke puskesmas ini...” kepala ku masih berat dan mata ini juga belum sepenuhnya dapat melihat dengan jelas, semuanya masih terlihat samar – samar. “Kau istirahat saja dulu ya...” aku mendengar kata – kata itu dari Mai dan sepertinya kembali tertidur.

Setelah insiden aku pingsan di sekolah, ini kali pertama aku kembali aktif mengajara dan itu artinya sudah tiga hari tidak ada kabar dari Raja. Ada sedikit rasa khawatir di dada tetapi aku yakin kekuatan doa ini juga akan sampai padanya. Berjalan menyusuri lorong tempat aku biasa mengajar kali ini rasanya berbeda, anak – anak melihat ku dengan tatapan pendu tanda tanya, Mawar memberanikan diri nya bertanya untuk menjawab rasa ingin tahu kawan – kawan nya yang juga masih menatap ku yang tersenyum ke arah mereka. “Yang sehat nya ibuk kan...?” Ia menghentikan langkah ku.

“Sehat, alhamdulillah...” aku tersenyum ke arah mereka semua yang disambut senyum lega dari yang sejak tadi melihat ku ataupun sekedar curi – curi pandang ingin tahu ada apa dengan kejadian tiga hari yang lalu. “wiii, syukurlak ibuk e...” Mawar berjalan beriringan dengan ku pagi itu. Pak Andi yang sejak tadi juga memperhatikan langkah ku berjalan mendekat. “Besok, kalau mau pesan jangan kopi susu, teh saja atau air putih hangat biar aman, soalnya lumayan berat kalau harus di gotong berdua bu Mai ke puskesmas...” Ia tersenyum lantas pergi meninggalkan ku yang belum sempat interupsi atas berat badan ku yang di cemaskan nya.

Hari pertama mengajar setelah tiga hari beristirahat, rasanya cukup menyenangkan. Ada saja kabar baru yang aku dengar dari murid – murid ku, ada yang sudah mencoba membuat program membuat tauge dengan di mentori pak Andi. Dan ada juga kabar miris yang ku dengar dari salah satu murid kelas XII yang menikah padahal hanya menunggu beberapa bulan lagi saja ujian akhir sekolah sudah di depan mata. Setidaknya jika mereka sudah menyelesaikan pendidikan setingkat menengah atas mereka masih punya kesempatan entah itu kapan untuk meneruskan kembali mimpi nya untuk kuliah ataupun bekerja dengan ijazah SMA bukan SMP.

Lihat selengkapnya